Rabu, 03 Mei 2017

Cerpen : Broken Home



Broken Home
Author : Shin Yoon Ah
Genre : Family life



Dika melipat lengan baju dan celana panjangnya. Ia segera memasukkan kedua kakinya yang bengkak ke dalam ember air hangat dan membasuhnya perlahan. Belum lama ia membasuh kakinya terdengar pintu dibuka dan teriakan cempreng seorang wanita yang sangat ia kenal. Reza, adik cantik Dika yang sangat manja.
“Kak Dika kenapa? Seseorang menginjak kakimu lagi?” Dengan santai Reza menaruh tasnya dan mengambil kotak P3K di dekat meja dapur.
“Seperti itulah. Aku merasa sepatu futsalku tak bisa melindungi kakiku.” Dika tertawa karena kejadian ini memang terlalu sering ia alami. Dari sekian banyak kejadian seperti ini, belum pernah sekalipun ia mengatakannya pada Mamanya. Ia tahu Mama telah cukup lelah dengan urusan kantor. Ia tidak ingin membebani Mama yang terlalu posesif itu dengan permasalahan sepele seperti ini.
“Dika, Reza, kalian di rumah?” Mama berteriak dari teras rumah. Dika yang sedang diobati oleh Reza dengan segera menarik kakinya dan memberi aba-aba kepada adiknya untuk menghambat Mama sementara ia memberesi ember dan kotak P3K. Reza segera berlari membukakan pintu Mamanya.
“Papamu sudah pulang?” Mama melepas sepatunya.
“Belum Ma. Reza pikir Papa pulang sama Mama. Jadi Reza pulang sama temen.” Reza menatap Mamanya seolah mengatakan bahwa ia berkata jujur. Setelah menatap sejenak ke mata Reza,  Mama masuk ke kamarnya. Namun ia berhenti sejenak melihat Dika keluar dari kamar mandi. Dika menahan napasnya. Ia mengira Mama mengetahui lukanya.
“Bisa kau menyelesaikan pekerjaan rumah untuk Mama? Mama minta tolong.” Diluar dugaan. Ternyata Mama tidak menyadari lantai ruang keluarga di bawah sedikit basah.
“Ya. Tentu. Reza pasti mau membantu juga.” Dika mengedip ke arah Reza. Sebenarnya Dika ingin menolak permintaan Mamanya. Tapi ketika lelaki itu melihat kearah mata Mamanya, terlihat wanita 30 tahunan itu baru selesai menangis. Dika tak kuasa menolak permintaan Mamanya.
Malam itu Dika dan Reza tidur sedikit lebih awal. Dikarenakan mereka cukup lelah dengan pekerjaan rumah Mama yang tidak bisa dinggap enteng. Kebiasaan Reza ketika kelelahan maka ia akan membutuhkan banyak air. Malam itu Reza terbangun untuk mengambil beberapa tegukan air. Namun saat ia akan kembali ke kamarnya, ia melewati kamar Mama yang lampunya masih menyala. Ia berpikir mungkin Mama masih menyelesaikan tugas kantornya dan mungkin membutuhkan kopi dari putrinya.
Reza mendekat ke pintu kamar yang cukup tinggi dan besar itu. Ia hampir membuka gagang pintu ketika terdengar Mama menangis dan mengucapkan kata-kata kasar yang jauh dari kepribadian Mamanya. Reza kahilangan isi otaknya. Ia tidak dapat berpikir sama sekali. yang terpikir olehnya saat itu adalah berlari ke kamar Dika dan menangis di sana.
Dika paham bagaimana perasaan Reza. Sejak kecil Reza selalu mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sedangkan Dika, sejak berumur 2 tahun ia telah mengerti untuk mengalah dari adiknya yang baru lahir. Oleh karena itu kepribadian Dika lebih sabar dari kepribadian Reza yang selalu grusa-grusu dan sangat manja.
Malam itu Dika menemani Reza hingga Reza benar-benar terlelap baru Dika meninggalkannya. Dika benar-benar tidak ingin keluarganya berpisah seperti ini. Pagi harinya setelah berolahraga, Dika menemui Mama untuk menanyakan kebenaran hal yang dikatakan Reza semalam. Disitulah Mama mengungkapkan semua isi hatinya yang selama ini ia pendam kepada Dika.
Dari situ Dika tau bahwa Papanya selama ini telah bersama wanita selain Mama. Itulah sebabnya kenapa Papa jarang pulang akhir-akhir ini. Pagi itu untuk pertama kalinya Mama memasak untuk sarapan setelah beberapa minggu ini ia tidak memasak. Pagi itu ia juga memberikan sedikit senyum kepada kedua anaknya. Reza memandang kakaknya bingung, dan Dika hanya tersenyum sangat manis.
“Mama membuatku takut. Sepertinya aku akan segera berangkat.” Reza hendak turun dari kursi ketika Mama menahannya.
“Mama sudah mengirim surat izin ke sekolah kalian. Hari ini ada hal yang ingin Mama sampaikan kepada kalian. Mama pikir ini butuh waktu panjang, jadi Mama mengirim surat izin.” Mendengar hal itu Dika dan Reza sama-sama memandang Mamanya kebingungan.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 ketika Dika dan Reza diseret oleh Mama mereka menuju mobil. Mama bilang mereka akan berliburan hari ini. Memang hanya ke pantai. Tapi Mama berharap hal itu dapat mengurangi stress di kepalanya. Hari itu mereka benar-benar merasakan liburan keluarga tanpa Papa mereka. Pukul 19.00 mereka sampai di rumah. Belum sempat Dika dan Reza masuk ke kamar mereka Mama mengatakan sesuatu yang membuat mereka mengeluh kelelahan.
“30 menit lagi berkumpul di ruang tengah. Mama menunggu kalian.” Ini adalah kalimat yang dikatakan Mama.
Tepat 30 menit kemudian mereka berkumpul di ruang tengah. Mama dengan senyum yang sedikit dipaksakan dan kedua anaknya dengan mata yang benar-benar lelah. Dan posisi duduk yang benar-benar tidak sopan.
“Maaf mengganggu waktu istirahat kalian. Mama ingin mengatakan sesuatu kepada kalian. Tentang Papa.” Dua pasang mata yang terkantuk-kantuk itu terbangun seketika. Dan dua set punggung yang tadinya meliuk kemana-mana itu tegak seketika.
“Hari ini Mama bisa membuktikan kepada kalian kalau kita bisa hidup bahagia tanpa Papa. Benar kan?” Mama sedikit tersenyum memandang kedua anaknya bergantian. Tersirat rasa sakit di mata itu. Namun wanita itu sengaja menyembunyikannya. Reza memang tidak menyadarinya tapi Dika sangat paham yang dirasakan Mamanya.
“Apa maksud Mama?” Reza menahan air matanya dan menggenggam tangan kakaknya sangat erat.
“Yang kau dengar semalam, sayang. Papa dan Mama akan bercerai. Yang kau dengar semalam, Mama akan memberikanmu kepada Papa. Benar?” Mama menjelaskan kepada Reza. Reza mengangguk.
“Mama telah memikirkannya lebih baik. Mama tidak hanya membawa Dika. Tapi kita akan hidup bersama denganmu juga.” Mama tersenyum. Reza juga tersenyum. Tapi tidak dengan Dika. Yang Dika inginkan adalah keluarga lengkap yang bahagia.
Pagi harinya Dika berusaha mencari tau tentang wanita yang dikencani Papanya. Ia menemukan rumah wanita itu tidak terlalu jauh dari kantor Papanya. Setiap pulang sekolah Dika melewati rumah itu. Sampai hari kelima ia tidak tahan lagi untuk tidak mengetuk rumah itu. Perlahan ia mendekati rumah itu dan mengetuk pintunya. Muncul seorang wanita seusia Mamanya dari balik pintu. Awalnya ia terlihat sangat terganggu oleh Dika. Namun setelah memandangi wajah dan penampilan Dika, wanita itu tersenyum manis.
Wanita itu mempersilahkan Dika masuk ke rumahnya. Wanita itu sangat mirip dengan foto yang pernah Mama perlihatkan kepadanya. Dika mengakui wanita ini lebih pandai menjaga tubuh dari Mamanya. Ia tidak terkejut Papanya tertarik dengan wanita ini. Tapi satu hal yang membuatnya tidak habis pikir kepada Papanya. Papa adalah tipe lelaki yang menyukai wanita yang sulit dikejar. Tetapi wanita ini benar-benar seperti wanita murahan. Ia berusaha selalu dekat dengan Dika. Tapi seketika sikap genit wanita itu berhenti setelah mendengar deru suara mobil. Dika mengenali suara itu. Mobil Papanya.
Pria yang Dika kenali sebagai calon mantan Papanya itu memasuki rumah. Ia sedikit terkejut melihat anaknya di sana. Tapi dengan segera Dika menjelaskan.
“Pa, Dika selesai disini. Tolong jangan katakan pada Mama. Sudah cukup Papa membuat Mama sakit hati. Dika menunggu Papa menandatangani surat cerai dari Mama. Reza dan Dika telah setuju. Dika pulang sekarang.” Dika segera keluar dan menaiki motornya pulang.
1 bulan setelahnya Mama dan Papa diresmikan cerai oleh pengadilan. Dan hak asuh diberikan kepada Mama seutuhnya. Tanpa Papa mereka bertiga dapat hidup bahagia. Sedangkan Papa, 3 minggu setelah perceraian itu, baru Papa ketahui bahwa wanita pilihannya telah memiliki suami sebelum dekat dengannya. Hingga saat ini penyesalan itu selalu menghantui Papa.

Maaf kalo hasilnya masih jelek dan amatif karena ini merupakan cerpen lama waktu yang diungkit kembali di sini. Sekali lagi saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika telah membuat readers kecewa dengan alur cerita yang mudah ditebak. Terima kasih telah membaca karya saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar