Broken Home
Author : Shin Yoon Ah
Genre : Family life
Dika
melipat lengan baju dan celana panjangnya. Ia segera memasukkan kedua kakinya
yang bengkak ke dalam ember air hangat dan membasuhnya perlahan. Belum lama ia
membasuh kakinya terdengar pintu dibuka dan teriakan cempreng seorang wanita
yang sangat ia kenal. Reza, adik cantik Dika yang sangat manja.
“Kak
Dika kenapa? Seseorang menginjak kakimu lagi?” Dengan santai Reza menaruh
tasnya dan mengambil kotak P3K di dekat meja dapur.
“Seperti
itulah. Aku merasa sepatu futsalku tak bisa melindungi kakiku.” Dika tertawa
karena kejadian ini memang terlalu sering ia alami. Dari sekian banyak kejadian
seperti ini, belum pernah sekalipun ia mengatakannya pada Mamanya. Ia tahu Mama
telah cukup lelah dengan urusan kantor. Ia tidak ingin membebani Mama yang
terlalu posesif itu dengan permasalahan sepele seperti ini.
“Dika,
Reza, kalian di rumah?” Mama berteriak dari teras rumah. Dika yang sedang
diobati oleh Reza dengan segera menarik kakinya dan memberi aba-aba kepada
adiknya untuk menghambat Mama sementara ia memberesi ember dan kotak P3K. Reza
segera berlari membukakan pintu Mamanya.
“Papamu
sudah pulang?” Mama melepas sepatunya.
“Belum
Ma. Reza pikir Papa pulang sama Mama. Jadi Reza pulang sama temen.” Reza
menatap Mamanya seolah mengatakan bahwa ia berkata jujur. Setelah menatap
sejenak ke mata Reza, Mama masuk ke
kamarnya. Namun ia berhenti sejenak melihat Dika keluar dari kamar mandi. Dika
menahan napasnya. Ia mengira Mama mengetahui lukanya.
“Bisa
kau menyelesaikan pekerjaan rumah untuk Mama? Mama minta tolong.” Diluar
dugaan. Ternyata Mama tidak menyadari lantai ruang keluarga di bawah sedikit
basah.
“Ya.
Tentu. Reza pasti mau membantu juga.” Dika mengedip ke arah Reza. Sebenarnya
Dika ingin menolak permintaan Mamanya. Tapi ketika lelaki itu melihat kearah
mata Mamanya, terlihat wanita 30 tahunan itu baru selesai menangis. Dika tak
kuasa menolak permintaan Mamanya.
Malam
itu Dika dan Reza tidur sedikit lebih awal. Dikarenakan mereka cukup lelah
dengan pekerjaan rumah Mama yang tidak bisa dinggap enteng. Kebiasaan Reza
ketika kelelahan maka ia akan membutuhkan banyak air. Malam itu Reza terbangun
untuk mengambil beberapa tegukan air. Namun saat ia akan kembali ke kamarnya,
ia melewati kamar Mama yang lampunya masih menyala. Ia berpikir mungkin Mama
masih menyelesaikan tugas kantornya dan mungkin membutuhkan kopi dari putrinya.
Reza
mendekat ke pintu kamar yang cukup tinggi dan besar itu. Ia hampir membuka
gagang pintu ketika terdengar Mama menangis dan mengucapkan kata-kata kasar yang
jauh dari kepribadian Mamanya. Reza kahilangan isi otaknya. Ia tidak dapat
berpikir sama sekali. yang terpikir olehnya saat itu adalah berlari ke kamar
Dika dan menangis di sana.
Dika
paham bagaimana perasaan Reza. Sejak kecil Reza selalu mendapat kasih sayang
dari kedua orang tuanya. Sedangkan Dika, sejak berumur 2 tahun ia telah
mengerti untuk mengalah dari adiknya yang baru lahir. Oleh karena itu
kepribadian Dika lebih sabar dari kepribadian Reza yang selalu grusa-grusu dan
sangat manja.
Malam
itu Dika menemani Reza hingga Reza benar-benar terlelap baru Dika
meninggalkannya. Dika benar-benar tidak ingin keluarganya berpisah seperti ini.
Pagi harinya setelah berolahraga, Dika menemui Mama untuk menanyakan kebenaran
hal yang dikatakan Reza semalam. Disitulah Mama mengungkapkan semua isi hatinya
yang selama ini ia pendam kepada Dika.
Dari
situ Dika tau bahwa Papanya selama ini telah bersama wanita selain Mama. Itulah
sebabnya kenapa Papa jarang pulang akhir-akhir ini. Pagi itu untuk pertama
kalinya Mama memasak untuk sarapan setelah beberapa minggu ini ia tidak
memasak. Pagi itu ia juga memberikan sedikit senyum kepada kedua anaknya. Reza
memandang kakaknya bingung, dan Dika hanya tersenyum sangat manis.
“Mama
membuatku takut. Sepertinya aku akan segera berangkat.” Reza hendak turun dari
kursi ketika Mama menahannya.
“Mama
sudah mengirim surat izin ke sekolah kalian. Hari ini ada hal yang ingin Mama
sampaikan kepada kalian. Mama pikir ini butuh waktu panjang, jadi Mama mengirim
surat izin.” Mendengar hal itu Dika dan Reza sama-sama memandang Mamanya
kebingungan.
Waktu
menunjukkan pukul 10.00 ketika Dika dan Reza diseret oleh Mama mereka menuju
mobil. Mama bilang mereka akan berliburan hari ini. Memang hanya ke pantai.
Tapi Mama berharap hal itu dapat mengurangi stress di kepalanya. Hari itu mereka
benar-benar merasakan liburan keluarga tanpa Papa mereka. Pukul 19.00 mereka
sampai di rumah. Belum sempat Dika dan Reza masuk ke kamar mereka Mama
mengatakan sesuatu yang membuat mereka mengeluh kelelahan.
“30
menit lagi berkumpul di ruang tengah. Mama menunggu kalian.” Ini adalah kalimat
yang dikatakan Mama.
Tepat
30 menit kemudian mereka berkumpul di ruang tengah. Mama dengan senyum yang
sedikit dipaksakan dan kedua anaknya dengan mata yang benar-benar lelah. Dan
posisi duduk yang benar-benar tidak sopan.
“Maaf
mengganggu waktu istirahat kalian. Mama ingin mengatakan sesuatu kepada kalian.
Tentang Papa.” Dua pasang mata yang terkantuk-kantuk itu terbangun seketika.
Dan dua set punggung yang tadinya meliuk kemana-mana itu tegak seketika.
“Hari
ini Mama bisa membuktikan kepada kalian kalau kita bisa hidup bahagia tanpa
Papa. Benar kan?” Mama sedikit tersenyum memandang kedua anaknya bergantian.
Tersirat rasa sakit di mata itu. Namun wanita itu sengaja menyembunyikannya.
Reza memang tidak menyadarinya tapi Dika sangat paham yang dirasakan Mamanya.
“Apa
maksud Mama?” Reza menahan air matanya dan menggenggam tangan kakaknya sangat
erat.
“Yang
kau dengar semalam, sayang. Papa dan Mama akan bercerai. Yang kau dengar
semalam, Mama akan memberikanmu kepada Papa. Benar?” Mama menjelaskan kepada
Reza. Reza mengangguk.
“Mama
telah memikirkannya lebih baik. Mama tidak hanya membawa Dika. Tapi kita akan
hidup bersama denganmu juga.” Mama tersenyum. Reza juga tersenyum. Tapi tidak
dengan Dika. Yang Dika inginkan adalah keluarga lengkap yang bahagia.
Pagi
harinya Dika berusaha mencari tau tentang wanita yang dikencani Papanya. Ia
menemukan rumah wanita itu tidak terlalu jauh dari kantor Papanya. Setiap
pulang sekolah Dika melewati rumah itu. Sampai hari kelima ia tidak tahan lagi
untuk tidak mengetuk rumah itu. Perlahan ia mendekati rumah itu dan mengetuk
pintunya. Muncul seorang wanita seusia Mamanya dari balik pintu. Awalnya ia
terlihat sangat terganggu oleh Dika. Namun setelah memandangi wajah dan
penampilan Dika, wanita itu tersenyum manis.
Wanita
itu mempersilahkan Dika masuk ke rumahnya. Wanita itu sangat mirip dengan foto
yang pernah Mama perlihatkan kepadanya. Dika mengakui wanita ini lebih pandai
menjaga tubuh dari Mamanya. Ia tidak terkejut Papanya tertarik dengan wanita
ini. Tapi satu hal yang membuatnya tidak habis pikir kepada Papanya. Papa
adalah tipe lelaki yang menyukai wanita yang sulit dikejar. Tetapi wanita ini
benar-benar seperti wanita murahan. Ia berusaha selalu dekat dengan Dika. Tapi
seketika sikap genit wanita itu berhenti setelah mendengar deru suara mobil.
Dika mengenali suara itu. Mobil Papanya.
Pria
yang Dika kenali sebagai calon mantan Papanya itu memasuki rumah. Ia sedikit
terkejut melihat anaknya di sana. Tapi dengan segera Dika menjelaskan.
“Pa,
Dika selesai disini. Tolong jangan katakan pada Mama. Sudah cukup Papa membuat
Mama sakit hati. Dika menunggu Papa menandatangani surat cerai dari Mama. Reza
dan Dika telah setuju. Dika pulang sekarang.” Dika segera keluar dan menaiki
motornya pulang.
1
bulan setelahnya Mama dan Papa diresmikan cerai oleh pengadilan. Dan hak asuh
diberikan kepada Mama seutuhnya. Tanpa Papa mereka bertiga dapat hidup bahagia.
Sedangkan Papa, 3 minggu setelah perceraian itu, baru Papa ketahui bahwa wanita
pilihannya telah memiliki suami sebelum dekat dengannya. Hingga saat ini
penyesalan itu selalu menghantui Papa.
Maaf kalo hasilnya masih jelek dan amatif karena ini merupakan cerpen lama waktu yang diungkit kembali di sini. Sekali lagi saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya jika telah membuat readers kecewa dengan alur cerita yang mudah ditebak. Terima kasih telah membaca karya saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar