EXODUS
Author : Shin Yoon Ah
Lenght : Chapter
Genre : Romance, Action
Cast : Kim Jeon Myon, Irene (RV), Huang Zi Tao
Satu… dua… tiga… pintu terbuka, dengan cepat Suho
melesak maju. Tetapi sebelum ia masuk ke lemari, sesuatu jatuh ke dadanya.
Sesuatu berambut panjang. Wanita. Ini adalah seorang wanita. Perlahan Suho
merebahkan tubuh yang lemah itu di ranjang yang telah disingkirkan ke sudut
ruangan. Sementara anggota yang lain termasuk Tao menggeledah lemari. Tao
menyisir ruangan sempit itu dengan sangat teliti. Ia menggoreskan jarinya
perlahan di permukaan halus alas lemari kemudian menghirup debunya.
“Kumpulkan sebanyak mungkin debu yang ada di sini
dan lakukan pemeriksaan ini narkoba atau bukan.” Ucap Tao kepada seorang polisi
di sebelahnya.
“Hyung, apa yang akan kau lakukan padanya?” Tao
mendekati Suho yang masih berjongkok di sebelah tubuh gadis asing itu.
“Tolong panggil ambulance. Kita harus membawanya ke
rumah sakit. Aku menemukan beberapa luka di tubuhnya. Ditambah lagi dia tak
sadarkan diri.” Suho melirik Tao sekilas.
“Mereka sudah memanggil ambulance, sekarang dalam
perjalanan. Kenapa ambulance itu lama sekali? Ini keadaan darurat. Bahkan aku
bisa mengemudi lebih cepat dari ini.” Kata Tao kemudian.
“Kalau begitu kenapa tak menjadi supir ambulance
saja?” Suho menatap Tao sambil berdiri.
“Haruskah?” Tao menyusul kemudian keduanya tertawa.
Wanita itu telah dibawa ke dalam ambulance. Sebelum
pintu tertutup, Suho melesakkan dirinya ke dalam, di sebelah sang wanita.
“Detektif Kim, apa yang anda lakukan?” Tao menahan
lengan Suho.
“Aku membutuhkan dia sebagai saksi.” Suho berbisik
di sebelah Tao. Di saat seperti ini ia tak bisa mempercayai orang asing, bahkan
jika orang asing tersebut adalah petugas ambulance.
“Aku akan mengikuti.” Tao melepas lengan Suho dan
membiarkan dirinya tenggelam di kursi mobil Suho.
Tao mengikuti mobil ambulance yang berjalan dengan
kecepatan rata-rata tinggi membelah jalanan. Semua mobil segera menepi dan
membiarkan ambulance yang membawa orang sakit itu lewat diikuti oleh mobil
mewah yang berisi Tao, dan satu mobil polisi.
“Ahh.. seandainya aku benar-benar menjadi supir
ambulance. Jalanan Seoul menjadi milikku pribadi setiap saat. Bukan hanya pada
saat ada keperluan mendesak kepolisian.” Tao bergumam sendiri.
Di ambulance suasana cukup menegangkan. Wanita yang
terbujur lemah dengan selang oksigen itu sama sekali tak menampakkan
tanda-tanda akan membuka mata. Salah seorang petugas masih berusaha
menyadarkannya. Ia merasa sedikit canggung di sana. Bukan karna wanita di
depannya sangat cantik. Ia sudah terbiasa membantu wanita cantik. Tetapi baru
kali ini ia memberikan pertolongan pertama kepada seorang wanita bersama
seorang detektif yang mengawasinya seperti harimau yang akan mencabik-cabiknya
jika ia membuat satu kesalahan. Apa detektif ini kekasihnya?
Beruntung mereka telah sampai di rumah sakit.
Setidaknya di tempat ini, si wanita dapat mendapat pertolongan dengan lebih
baik. Mungkin detektif di sebelahnya akan percaya pada perawat ketika telah
sampai di rumah sakit. Itulah yang tergambar dari helaan napas lega petugas
setelah memindahkan tubuh lemah itu ke ranjang rumah sakit.
Setelah memastikan bahwa wanita temuannya
mendapatkan penjagaan ketat, ia kembali ke kantornya bersama Tao. Setelah
mendaratkan dirinya di sofa, Suho tenggelam dalam mimpinya. Sementara Tao
menuju meja resepsionis menghampiri Yoon Seo Yeon.
“Annyeong, Nona Yeon.” Ucap Tao sambil mendudukkan
dirinya di kursi di sebelah Seo Yeon.
“Annyeonghaseyo, Detektif Huang.” Seo Yeon sama
sekali tak memandang Tao.
“Hahh… aku baru saja menyelamatkan dua orang gadis
tetapi aku bahkan tak mendapat penghargaan sama sekali dari gadis yang
terbaik.” Tao menyilangkan kaki dan melipat tangannya.
“Dua? Siapa mereka?” Seo Yeon tak habis pikir dengan
lelaki di sampingnya, bagaimana bisa ia membicarakan perempuan lain.
“Eoh. Kau tau wanita yang bersamaku tadi pagi? Itu
Kim Joo In, adik perempuan Detektif Kim. Dan tadi aku menemukan wanita disekap
di dalam lemari. Aku tak tau apa yang akan terjadi pada wanita itu jika saja
aku terlambat menemukannya.” Tao membungkukkan badannya berusaha memasang
tampang serius.
Seo Yeon merasa lega karena wanita yang tadi pagi
dipanggil Tao dengan nama belakangnya itu merupakan adik dari rekan kerjanya.
Pantas saja Tao santai saat menyebut namanya. Senyum kembali menghiasi wajah
cantik Seo Yeon, dan itu membuka Tao tersenyum. Ia harus benar-benar menahan
diri agar tidak memeluk apalagi mencium wanita di depannya.
“Lalu, apa kau tak ingin membantuku?”
“Aku pasti akan selalu membantumu. Apa yang bisa aku
bantu?” Tao segera berdiri dari duduknya.
“Aku belum makan sama sekali. Dan sepertiny…”
“Aku akan mentraktirmu setelah jam kerjamu habis.
Sekarang aku harus meminta izin pada Detektif Kim. Sampai nanti, Nona Yoon.”
Tao segera berlari ke ruangan Detektif Kim lagi. Sedangkan Seo Yeon terdiam
dengan wajah memerah seperti tomat.
Tao telah mengumpulkan keberanian sepanjang
perjalanan. Tetapi ketika ia telah sampai di depan meja Suho, ia tak sampai
hati meninggalkan sunbae-nya yang tertidur akibat kelelahan itu. ia berjalan
mondar-mandir di depan meja Suho selama beberapa lama. Tao melirik jam
tangannya. 10 menit lagi jam kerja Seo Yeon selesai. Ia telah mondar-mandir
selama setengah jam lebih, selama itu juga ia belum menemukan keberaniannya
kembali. Ia ingin membangunkan Suho tetapi ia tidak berani melakukannya. Ia
juga merasa terlalu jahat jika ia bersenang-senang ketika atasannya tak pernah
pulang hanya untuk menjenguk orang tuanya. Tao mendesah. Kemudian mulai
berjalan-jalan lagi di ruangan itu. Semakin lama, langkah kakinya semakin
cepat.
“Apa maumu?” Suho bersuara dengan mata tertutup dan
suara serak.
“Ahh kanjagiya!!! Hyung, sejak kapan kau bangun?
Anii.. kenapa kau bangun?” Tao terkejut hingga hampir menabrak meja kerjanya.
“Kau mendesah begitu keras dan langkah kakimu begitu
berisik. Katakana apa maumu?” Suho membuka matanya.
“Hyung, kau tau ini hari apa?” Tao duduk di salah
satu kursi di depan Suho.
“Pergilah. Nona Yoon pasti menunggumu. Tetap
hidupkan ponselmu, bocah.” Suho menutup matanya kembali dan memasang bantal
leher.
“Ne...!!!” Tao segera meraih jasnya. Setelah
memastikan ia membawa dompet dan ponsel, ia segera turun dan mengantarkan Seo
Yeon ke Mercedes hitam milik Tao yang terparkir di depan kantor. Sedangkan Suho
berusaha kembali ke waktu istirahatnya.
Seminggu berlalu dan masih belum ada perkembangan
yang menarik dari kasus yang diserahkan kepada Suho. Dalam satu minggu ini Suho
baru mengunjungi rumahnya 2 kali untuk menukar baju kotor dengan baju bersih
dan merebahkan tubuhnya sebentar di ranjang empuk. Baru dua jam ia memejamkan
mata ketika terlantun lagu “Growl-EXO”. Suho menggeliat sejenak kemudian
berteriak :
“Joo In-ah!!! Matikan ponselmu!!” Tetapi tak kunjung
ada jawaban dan suara itu tak kunjung mati.
“JOO IN!!! KIM JOO IN!!!” Suho berteriak sekuat tenaga.
Kemudian pintu terbanting dengan keras ke dalam.
“Wae? Ini hampir tengah malam, kau mengganggu eomma
appa.” Joo In masuk dengan piyama tidur dan wajah berantakan.
“Kau lebih mengganggu. Jika kau ingin mendengarkan
musik, kecilkan volumenya! Itu terdengar sampai ke kamar ini.” Suho menutup
telinganya dengan bantal karena menurutnya lagu yang merupakan kesukaan Joo In
itu terdengar semakin keras.
“Itu bukan dari kamarku. Itu ponselmu. Aku baru saja
menggantinya satu jam yang lalu.” Joo In menyerahkan ponsel Joo In yang
tergeletak di meja dengan wajah tak berdosa kemudian meninggalkan kamar Suho
begitu saja tanpa mempedulikan wajah gemas Suho.
Suho membuka ponselnya dengan kasar. Ada 4 panggilan
tak terjawab dan puluhan pesan masuk. Wajah marahnya berubah menjadi serius,
mata lelahnya membulat penuh ketika melihat isi pesan di ponselnya. Pesan itu
dari Tao.
From : Huang Zi Tao
Hyung, gadis itu kabur dari rumah sakit.
Kalimat itu berhasil membuat Suho melompat dari
ranjangnya. Mengambil jaketnya, memasukkan ponselnya ke dalam saku dan
menenteng tas baju bersihnya. Menuju mobil setelah menyambar kuncinya di meja.
Ia mungkin akan berpamitan kepada orang tuanya di telepon saja. Di perjalanan
Suho berusaha menghubungi Tao.
“Yeoboseo?”
“Neo eodiga?”
“Aku di rumah
sakit. Kemarilah, Hyung. Gadis itu melarikan diri ketika pertukaran sift.”
Tao menjelaskan dengan menggebu-gebu.
“Araseo.” Suho mematikan ponselnya dan segera melaju
dengan Ferarri merahnya.
Rumah sakit yang biasanya hanya dipenuhi pasien,
dokter, dan perawat, malam ini dilengkapi oleh orang-orang berseragam polisi
atau tanpa seragam tetapi berlisensi detektif. Detektif yang ada di sana
merupakan detektif yang dianggap tangkas dan terbaik yang dipilih Suho sebagai
pendampingnya dalam kasus besarnya kali ini. Mereka malukan pengecekan pada
setiap sudut rumah sakit untuk menemukan seorang wanita yang dianggap sebagai
satu-satunya saksi mata dan satu-satunya kunci awal membuka gerbang dunia
penyelundupan narkoba.
Suho datang dengan badan penuh keringat padahal saat
itu tengah malam yang cukup dingin. Ia segera menuju ke sebuah ruangan khusus
yang diyakininya sebagai tempat gadis yang ia temukan beberapa hari yang lalu dirawat
dengan penjagaan ketat. Tetapi baru beberapa menit yang ia mendengar kabar
bahwa gadis itu melarikan diri.
“Detektif Kim!” Tao berteriak dari depan ruang yang
dituju Suho.
“Apa yang terjadi?” Suho mengikuti Tao memasuki
ruangan di depannnya.
“Mereka bilang gadis itu pergi ketika para petugas
sedang berganti sift. Sekarang kami sedang mencarinya.” Tao menjelaskan.
“Bagaimana dengan informasi pribadinya? Ini sudah
seminggu, mana mungkin para staff belum menemukan informasi pribadinya? Tempat
yang ia tuju pertama kali pasti rumah orang tuanya.” Suho hampir keluar untuk
menanyai bagian informasi tapi kemudian Tao menahannya.
“Kita bahkan tak tau namanya. Ia sama sekali tak
menggunakan pita suaranya sejak ia sadar.” Tao menggeleng.
Suho menghela napas keras dan menjatuhkan dirinya di
sofa. Ia mengusap wajahnya dengan keras kemudian melempar kepalanya ke
belakang.
“Kita sudah memberikannya fasilitas terbaik di
tempat ini, apa yang membuatnya kabur? Apa jangan-jangan ia anggota komplotan?”
Tao duduk di sebelah Suho.
“Sepertinya kau harus berhenti melihat drama. Jika
ia memang anggota komplotan itu, ia tak akan ditemukan dengan luka memar dan
berdarah di sekujur tubuhnya. Apalagi ia cukup cantik. Jika aku menjadi
pemimpin komplotan itu, aku lebih memilih untuk menikahinya saja.” Suho
mengangkat sebelah bibirnya.
“Hyung!! Jangan bilang kau menyukainya!!” Tao mulai
merengek.
“Tao-ya?” Seorang detektif senior memasukkan
kepalanya ke pintu untuk memanggil Tao.
“Kita harus mengklarikfikasi ini.” Tao mengancam
Suho sebelum ia keluar. Suho tertawa. Sebelum tawanya selesai, Tao telah
kembali masuk ke ruangan.
“Hyung, mereka memintamu menemani seorang perawat
menggambar sketsa wajah wanita itu. Sepertinya mereka akan memasukkannya dalam
daftar pencarian orang.” Tao berdiri di depan Suho.
“Setidaknya masih ada yang dapat kita lakukan.” Suho
segera berdiri dan bersama si perawat menuju Kantor Kepolisian Seoul
menggunakan ferarri merahnya karena mobil polisi digunakan untuk membawa para
polisi yang saat ini masih melakukan pencarian di sekitar rumah sakit.
“Permisi, apakah anda orang yang merawat wanita
kami?” Ucap Suho untuk mencairkan suasana yang cukup canggung.
“Ne.”
“Bagaimana perkembangannya selama seminggu ini?”
“Sepertinya ia mengalami depresi yang berat. Setiap
kali kami mendekatinya, iaselalu berteriak histeris, apalagi jika yang
mendekatinya adalah perawat laki-laki atau dokter laki-laki. Oleh karena itu
kami hanya menyiapkan perawat wanita dan dokter wanita untuknya.” Jelas perawat
itu panjang lebar.
“Bagaimana dengan kondisi kesehatannya? Apa
luka-lukanya sangat parah?” Suho bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari
jalanan.
“Sebenarnya lukanya sudah sembuh lima hari setelah
ia memasuki rumah sakit. Hanya tinggal bekasnya yang sebentar lagi pasti akan menghilang.”
Proses menggambar sketsa wajah berlangsung cukup
lama. Mereka selesai pada pukul 3 pagi. Seorang polisi mengembalikan si perawat
ke rumah sakit. Sedangkan Suho mengamati sketsa wajah orang yang mereka sebut
“wanita kami” itu untuk kemudian di pasang pada daftar pencarian orang. Bahkan
sketsanya pun sangat cantik. Tanpa ia sadari, Suho tergila-gila pada wanita
itu. Hanya melihat sketsa wajahnya saja membuat hati Suho berdebar-debar.
Tiga hari berlalu dan belum ada seorang pun yang
melaporkan menemukan gadis yang sedang mereka cari. Suho semakin gelisah. Ia
pribadi sangat ingin mengetahui siapa sebenarnya gadis itu. kemisteriusan si
gadis membuat Suho semakin tertarik dan semakin sering memikirkannya. Seperti
siang ini Suho sedang duduk di meja kerjanya sambil memandang kertas kosong di
tangannya. Kertas yang kosong itu menampakkan wajah si gadis misterius di mata
Suho. Tao ada di meja yang lain sedang mengobrol dengan Joo In.
“Oppa, kenapa kau mengganti password ponselmu?” Joo
In berjalan ke arah Suho.
“Agar kau tak dapat mengganti nada dering ponselku
lagi. Aku sering terlambat mengangkat panggilan penting akibat ulahmu itu.”
Alasan sebenarnya adalah agar Joo In tak melihat wallpaper ponsel Suho, sketsa
wajah wanita misterius itu.
“Kau menyebalkan. Aku pulang saja.” Joo In meraih
tas tangannya dan meninggalkan ruangan itu. “Dan berhentilah menekuni kertas
kosong.” Tambahnya sebelum menutup pintu.
“Sejak kapan dia tau aku menekuni kertas kosong?”
Tanya Suho pada Tao.
“Sejak kau memulainya.” Tao tertawa kemudian
meninggalkan Suho. “Aku mau makan siang dulu, Hyung.” Lanjut Tao kemudian.
“Bawakan aku burger!!” Teriak Suho dari dalam
ruangan.
Kantor Kepolisian Seoul yang riuh mendadak sunyi
ketika seorang wanita memasuki tempat tersebut. Semua orang memadang gadis
cantik tersebut tanpa suara. Setiap gerakan yang dibuatnya sangat anggun dan
mempesona setiap orang di ruangan itu. Tubuh mungilnya terbalut dress selutut
warna pink lembut ditutup suit putih
berbulu. Kakinya yang putih mulus dialasi oleh high heels 14 cm senada
dressnya. Senyum yang sama sekali tak tampak di bibirnya tidak mengurangi
kecantikkan. Aura angkuh yang keluar dari tubuhnya malah menambah kesan seksi
dan menarik. Tempat yang ia tuju pertama kali adalah ruang resepsionis dimana
Seo Yeon sedang menikmati kopi pagi bersama Tao.
“Permisi. Bisakah aku bertemu dengan Detektif Kim
Joon Myeon.” Ucap gadis itu tanpa tersenyum sama sekali.
“Ne. Sebelumnya bisakah saya mengetahui nama anda?”
Ucap Seo Yeon sedikit gagu.
Yang diberi pertanyaan hanya diam dan menatap heran.
Kemudian Seo Yeon memberikan konfirmasi, “buku tamu.”
“Ahh.. Irene imnida.” Ucap gadis itu kemudian.
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar