Minggu, 23 Juli 2017

FF Indonesia : Bad Chapter 1



BAD
Author : Shin Yoon Ah
Cover : Lingliana
Lenght : Chapter
Genre : Romance
Cast : Kim Sunggyu (Infinite), Han Seung Yeon (KARA), Cho Kyuhyun (Suju)



Kim Sunggyu masih berkutat dengan laptopnya ketika ponselnya berbunyi pukul 21.00 malam itu. Tanpa mengubah focus matanya dari layar laptop ia meraih benda yang terus bergetar itu.
“Yeoboseyo?” Ucap Sunggyu singkat.
Oppa, kau masih bekerja? Aku baru pulang les.” Rengek gadis di seberang sana.
“Panggil saja taksi. Aku sibuk.” Sunggyu acuh.
Sireo!!” Kim Sa Kyung tetap kukuh pada pendiriannya.
“Sakyung-ah, aku sibuk.” Sunggyu memutus kontak matanya dengan laptop karena geram.
Baiklah jika kau memang sibuk.” Ucap Sakyung.
Baru saja Sunggyu akan menutup sambungan telepon, Sakyung berteriak di seberang sana, “Mungkin Myungsoo Oppa tak terlalu sibuk. You know what I mean?
“Aku akan menghubunginya. Kututup.” Sunggyu mendesah pelan.
Wae, Hyung?” Ucap Myungsoo di seberang telepon.
“Bisakah kau menjemput Sakyung? Aku masih di kantor.” Suara Sunggyu terguncang-guncang karena ia mulai berjalan keluar kantor menuju dapur.
Sakyung? Araseo. Eoddi?” Kini suara Myungsoo ikut terguncang karena ia mulai berjalan menuju lift apartemennya menuju basement.
“Tempat les.”
Tempat les yang mana, Hyung?” Myungsoo menghentikan langkahnya merasa ragu.
“Entahlah. Tanyakan sendiri!” Sunggyu tersenyum sekilas.
Aish..jinjja. Kenapa kau memberikan banyak les kepada adikmu? Dan bahkan kau tak tau jadwal lesnya.” Myungsoo segera mematikan sambungan telepon dan menghubungi Sakyung.
Tanpa menggubris Myungsoo yang mematikan ponsel mendadak, Sunggyu melanjutkan perjalanannya menuju dapur. Ia membalikkan salah satu cangkir berwarna putih berlogo perusahaannya. Belum sempat ia membuka sachet kopi instannya, ponsel di saku jasnya berdering.
Sunggyu-ya, kau sibuk?” Suara di seberang telepon membuat jantung Sunggyu berdebum tak beraturan.
“Ani.. wae, Nuna?” Sunggyu mengembalikan lagi cangkirnya ke tempat semula.
Aku baru selesai pemotretan, bisa kau jemput aku?” Suara Han Seung Yeon yang serak membuat Sunggyu tak sanggup menolaknya.
“Dimana? Aku akan ke sana secepat kilat.” Sunggyu berlari menuju kantornya, mengambil jas, tas, dan kunci mobilnya kemudian berlari menuju basemen.
Aku di gedung fashion A. Kau tau tempat itu?
“Ara-yo. Tunggu di dalam, di luar dingin.” Sunggyu segera melajukan mobilnya setelah membuka GPS.
10 menit kemudian, Sunggyu sudah memarkirkan mobilnya di basemen gedung fashion tempat Seung Yeon melakukan pekerjaannya sebagai model. Tanpa membuang waktu, Sunggyu segera berlari menuju lantai yang diinformasikan Seung Yeon. Di sana ia menunggu dengan lugunya selama beberapa saat. Beberapa orang yang lewat hanya memandangnya lalu berpaling. Hal itu tak akan terjadi di perusahaannya. Para karyawannya terbiasa membungkuk hormat kepadanya ketika berpapasan. Karyawatinya terbiasa memperbincangkannya setelah berpapasan. Bahkan sesekali mereka mencuri foto Sunggyu. Tapi di sini, banyak model-model pria yang lebih menarik darinya. Banyak juga model-model wanita yang sempat menarik perhatiannya. Namun pesona mereka tak sebesar pesona Han Seung Yeon di mata Sunggyu.
Setelah menunggu sekitar 35 menit waktu sebenarnya, namun hanya 5 menit waktu di pikiran Sunggyu, gadis yang ditunggunya nampak dari kejauhan. Senyum Sunggyu merekah seketika, gadis itu melambaikan tangannya kea rah Sunggyu menandakan bahwa ia sudah melihat Sunggyu. Dalam perjalanan menuju Sunggyu, Seung Yeon berhenti sesaat di depan seorang pria yang tampak seusia dengannya. Mereka saling tersenyum dan berpegangan tangan. Sunggyu memilih untuk memalingkan pandangannya dan berpura-pura mengecek ponselnya.
“Sunggyu-ya.” Seung Yeon menggandeng lengan Sunggyu begitu mereka berhadapan.
“Eoh. Waseo? Kita pergi sekarang?” Sunggyu segera memasukkan ponselnya dan menyentuh lengan Seung Yeon yang tersampir di lengannya.
“Eoh. Aku benar-benar lelah. Aku ingin pulang dan tidur. Geunde, Sunggyu-ya, apa kau baru pulang? Kenapa kau masih mengenakan jas kerja?”
“Eoh, aku baru saja keluar kantor ketika kau menelepon.” Kata Sunggyu berbohong.
“Aa.. Geureogeuna.”
“Nuna, siapa lelaki yang kau sapa tadi?” Tanya Sunggyu penasaran.
“Hmm? Dia photographer-ku. Namanya Cho Kyuhyun dia seusia denganku. Artinya dia lebih tua satu tahun darimu, bocah.” Seung Yeon mengacak rambut Sunggyu pelan.
“Ahh Nuna, geumanhae! Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah melewati ulang tahunku yang ke 28. Berhenti memanggilku bocah!” Sunggyu membenahi rambutnya sambil memberengut.
“Araseo. Ahh, bagaimana menurutmu Cho Kyuhyun. Ia tampan kan?” Seung Yeon mulai mengoceh tentang Cho Kyuhyun selama perjalanan. Mau tak mau Sunggyu juga harus mendengarkan ocehan tersebut meskipun telinganya agak panas.
Jam tangannya telah menunjukkan pukul 01.00 am ketika Fortuner silver milik Sunggyu keluar dari pekarangan apartemen mewah tempat Seung Yeon tidur jika sempat. Ia mengusap telinganya yang gatal sejak satu jam yang lalu di sepanjang jalan. Setelah menimbang-nimbang beberapa kemungkinan, Sunggyu memutuskan untuk mampir ke apartemennya menjenguk Sakyung yang kemungkinan sedang berada di sana seorang diri.
Dengan menenteng jas dan tas kerjanya, Sunggyu keluar dari mobilnya menuju lift di basemen. Ia ingin segera meluruskan punggung selama beberapa jam sebelum ia memulai aktivitas paginya beberapa jam lagi. Ia memutuskan untuk telat berangkat ke kantor besok dan memilih mengerjakan beberapa dokumen yang malam ini sempat tertunda saat itu.
Sunggyu menekan beberapa tombol password pintu apartemennya. Ia melepas sepatunya secara sembarangan dan segera menggantinya dengan sandal rumah. Setelah menaruh tasnya di ruang kerja sekaligus ruang belajar bagi Sakyung kemudian mandi untuk menghilangkan sedikit penatnya. Dengan piyama putih berbintik hitam, Sunggyu terhuyung-huyung menuju kamar di sebelah kamarnya. Matanya yang sipit dan semakin menutup karena mengantuk itu terbuka lebar seketika menyadari siapa yang berada di ruangan itu. Sakyung tertidur dengan nyenyak di ranjangnya seperti biasanya. Namun ada sebuah siluet lelaki di samping ranjang gadis itu, refleks Sunggyu melayangkan jitakan keras di jidat lelaki tersebut.
“Ahh.. hyung, neo waseo?” Myungsoo yang tadinya memasang wajah marah seketika berdiri dari posisinya di lantai.
“Apa yang kau lakukan?” Sunggyu menarik Myungsoo agar segera keluar dari kamar Sakyung.
“Aku hanya menemani Sakyung tidur, hyung.” Myungsoo membela diri.
“Pabo-ya, imma!!” Sunggyu berniat memukul Myungsoo namun lelaki itu telah berhasil melindungi dirinya.
“Keluar kau!” Sunggyu menendang pantat Myungsoo sambil menggiringnya keluar.
“Aku harus mengambil kunci mobilku dulu di dalam.” Myungsoo berniat kembali ke kamar Sakyung.
“Kau membawa kunci lagi selain di kantungmu?” Sunggyu menghalangi Myungsoo dengan tangannya.
“Araseo… araseo… Kau kakak yang jahat, hyung.” Myungsoo segera melarikan diri sebelum tinju Sunggyu mendarat di lengannya lagi.
Pagi berlalu cukup cepat bagi Sunggyu. Baru beberapa menit ia merasa menutup mata, namun alarm dari ruang sebelah telah terdengar di telinganya. Ia berusaha mengabaikannya, namun beberapa saat kemudian, Sakyung mulai mengoyang-goyangkan tubuhnya yang lelah.
“Oppa, bangunlah! Aku sudah selesai mandi. Mandilah! Aku akan membuat sarapan. Jika kau tak segera bangun, aku akan pergi dengan Myungsoo Oppa.” Ancam Sakyung.
“Hya!!! Ahh kepalaku.” Sontak Sunggyu terbangun dari tidurnya membuat kepalanya berdenyut pelan.
“Cepat mandi sebelum kepalamu lepas.” Sakyung segera berlari menuju dapur.
Sunggyu hampir saja tertidur kembali di kamar mandi, ia kembali tersadar ke dunia nyata ketika mendengar benda pecah dari luar diikuti umpatan-umpatan kasar dari Sakyung. Setelah menghembuskan napas panjang, Sunggyu segera memakai handuknya dan keluar.
“Apa lagi?” Sunggyu keluar dari kamar menuju dapur.
“Aku menyenggol vas……lagi.” Sakyung meringis memamerkan deretan gigi putihnya.
“Ahh...jinjja… Biar aku akan membereskannya setelah selesai mandi agar kau tak terluka. Lanjutkan saja masakmu!” Sunggyu segera berbalik untuk masuk ke kamar.
“Oppa!!!” Sakyung menahan Sunggyu.
“Wae?” Sunggyu berhenti sambil mengusap rambutnya yang masih separuh basah.
“Bereskanlah sekarang!! Kau ingin aku menginjaknya?” Ucap Sakyung manja sambil memasang mimik puppy face.
“Ahh… araseo!!” Sunggyu kembali ke dapur untuk membersihkan kekacauan kecil yang terjadi. Setelah itu barulah ia bisa melanjutkan aktivitas mandinya.
Meja makan telah menyangga dua piring sarapan yang berisi bacon, telur, dan kawan-kawannya. Di salah satu sisi meja, Sakyung dengan mata sipitnya yang merupakan satu-satunya ciri fisik selain bibir yang membuktikan bahwa ia adalah adik kandung Sunggu, telah duduk manis dengan kedua tangan menyangga kepalanya menunggu Sunggyu.
“Kenapa kau belum memakai seragam?” Sunggyu duduk di kursinya.
“Aku akan ganti baju setelah sarapan.” Ucap Sakyung santai.
“Oppa, kau mau mengantarku hari ini?” Sela Sakyung saat mereka mulai menyuap sarapannya.
“Eoh.” Jawab Sunggyu singkat.
“Jinjja? Memangnya kau ke kantor jam berapa?” Sakyung antusias.
“Rencananya aku akan ke kantor jam 12.”
“Lalu apa yang akan kau lakukan selama 4 setengah jam setelah mengantarku?”
“Entahlah. Memangnya kenapa?”
“Ada beberapa hal yang ingin kubeli. Bisa tolong…”
“Sireo.” Potong Sunggyu dengan jelas.
“Pabo. Bereskan ini! Aku mau mengenakan seragamku.” Sakyung mendorong piringnya ke arah Sunggu.
“Aku akan memakai seragamku.” Jelas Sakyung sebelum Sunggyu sempat membantah.
Tak lama kemudian mereka berdua telah berada di mobil nyaman Sunggyu. Mobil itu tadinya nyaman menurut Sunggyu sebelum Sakyung memenuhi atmosfir dengan lagu dari Super Junior-My Love, My Kiss, My Heart. Daripada memulai perdebatan panjang di pagi santainya, lebih baik Sunggyu diam dan berusaha fokus ke jalan di depannya.
“Oppa, kau akan menjemputku juga?” Tanya Sakyung melewati jendela mobil yang terbuka di depan sekolahnya.
“Ani. Aku lembur.”
“Ahhh… kalau saja Seung Yeon Eonni yang meminta kau pasti selalu ada waktu. Apa aku bagimu?” Sakyung merajuk.
“Aku pergi. Belajarlah dengan baik!” Sunggyu menjalankan mobilnya meninggalkan Sakyung yang memberenggut sebal.
“Huft… Kenapa aku punya kakak sepertinya.” Sunggyu segera memasuki halaman sekolahnya yang mulai ramai.
Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya mengitari kota Seoul, Sunggyu memutuskan untuk pulang dan membereskan pekerjaannya yang sempat ia bawa pulang untuk segera membawanya kembali ke kantor. Hal itulah yang membuat Myungsoo mendekati ruang kerja Sunggyu sambil membawakan dua cup kopi.
“Apa kau hanya membawanya kemana-mana untuk dipamerkan ke pegawai wanita di bawah?” Sindir Myungsoo.
“Nuga?” Sunggyu sinis.
“Kau tak tau, Hyung? Hampir semua karyawan wanita di lantai bawah selalu memujimu ketika kau lewat di lorong.” Myungsoo duduk di meja kerja Sunggyu.
“Kau sendiri? Aku bahkan pernah melihat ahjumma cleaning service wajahnya memerah seketika setelah melihatmu keluar dari kamar mandi.” Sunggyu acuh.
“Jinjjaya?” Myungsoo seketika berdiri.
“Eoh. Kau benar-benar kotor, Myungsoo-ya.” Sunggyu menepuk-nepuk pundak Myungsoo sambil menunjukkan raut wajah prihatin.
“Ahh..geumanhae!!” Myungsoo menaruh salah satu cup ke meja Sunggyu dan segera pergi dari ruangan tersebut sebelum Sunggyu mempermalukannya lebih jauh lagi. Sunggyu tertawa cukup keras sambil meminum kopi hitam tersebut.
“Hyung, aku sudah meludahinya!!” Teriak Myungsoo dari luar.
“MWO??!!!!” Sunggyu berteriak namun tetap menyesap kopinya.
Myungsoo tertawa penuh kemenangan di luar ruangan tanpa mengetahui Sunggyu tidak tertipu. Dengan hati yang penuh rasa kemenangan, ia berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil ponselnya dan membuka Line app.
L       : Sakyung-ah, apa yang sedang kau lakukan?
Skyung   : Wae-yo? Tentu saja aku di sekolah.
L       : Apa hari ini kau ingin aku menjemputmu pulang setelah les?
Skyung   : Ani. Gomawo.
L       : Wae? Apa aku melakukan suatu kesalahan tadi malam?
“Selain tidur di kamarmu. Itu pun hanya sebentar kan.” Gumam Myungsoo.
Skyung   : Aku pulang dengan Sungjong Oppa.
L       : Nuga?
Skyung   : Lee Sung Jong. Sunggyu Oppa cingu.
“MWO?!!!” Myungsoo tak dapat menahan mulutnya untuk berteriak.
Jam di ujung ruangan menunjukkan pukul 15.00 ketika Sunggyu masih berkutat dengan berkas-berkasnya semalam yang saat ini sudah hampir selesai berpindah ke laptopnya. Berkas itu harus dikirim ke ayahnya di Amerika sebelum jam 07.00 waktu LA. Itu berarti sekitar pukul 19.00 waktu Seoul. Maka dari itu Sunggyu memutuskan untuk meninggalkan makan siangnya dan akan membalas dendam untuk makan malam.
Tepat satu jam setelahnya, Sunggyu menutup laptopnya bersamaan dengan Myungsoo yang masuk ke ruangannya tanpa suara dengan wajah cemberut. Ia duduk di sofa di depan meja kerja Sunggyu.
“Wae?” Tanya Sunggyu penasaran.
“Hyung, apa kau mengenal Lee Sung Jong?” Tanya Myungsoo lemas.
“Eoh. Dia dulu hobaeku. Dia juga sering datang ke rumah karena ia cukup dekat dengan Sakyung. Wae? Apa kau juga mengenalnya?” Sunggyu membereskan barang-barangnya.
“Selesai sudah.”
“Mwo?” Sunggyu bertanya penuh minat namun hanya dijawab oleh gelengan pelan sebelum kepala itu melesak ke bantalan sofa.
Sunggyu mengambil ponselnya dan duduk di depan Myungsoo, masih berniat menginterogasi penyebab badmood lelaki yang jarang cemberut itu. Sunggyu memperhatikan cukup lama namun objeknya malah menutup matanya rapat-rapat. Merasa diabaikan, Sunggyu membuka ponselnya dan mendapati pesan dari adik perempuannya di depan layar utama.
Skyung   : Oppa, kumohon belikan aku jam tangan Infinite. Ini alamatnya.
Sunggyu mendesah setelah melihat alamatnya ada di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup ramai. Ia memutuskan untuk menolak permintaan Sakyung. Namun, ponselnya berdering sebelum ia sempat mengirim pesan tersebut. Karena takut membangunkan Myungsoo, Sunggyu segera mengangkat panggilan tersebut.
“Yeoboseo?” Sapa Sunggyu.
Eoh? Kenapa kau sopan sekali?” Suara wanita di seberang sana segera dapat dikenali Sunggyu tanpa harus melihat nama yang tertera di halaman telepon.
“Ahh…Nuna, mianhae. Wae?” Sunggyu salah tingkah.
Aku ingin meminta bantuanmu. Apa kau sedang sibuk?” Tanya Seung Yeon
“Anio. Wae?”
Aku ada pemotretan pukul 5 nanti. Tapi aku merusak jas yang seharusnya kugunakan nanti. Aku sempat melihat satu yang sama persis di toko. Tetapi aku tak bisa ke sana sekarang. Bisakah kau membelikannya untukku?” Jelas Seung Yeon.
“Tentu saja. Emm… geunde Nuna, apa kau mau pergi makan malam denganku nanti?” Tawar Sunggyu.
Ahh.. Mianhae Sunggyu-ya, tapi sepertinya tidak bisa hari ini. Mungkin lain waktu.” Seung Yeon menolak halus.
“Ahhh… baiklah, mungkin lain waktu.” Sunggyu berusaha menyembunyikan kekecewaannya.
Aku akan mengirimkan alamat dan foto jasnya kepadamu. Aku mengandalkanmu.” Seung Yeon menutup teleponnya kemudian.
Sunggyu membuka pesan dari Seung Yeon dan segera mengambil jas dan dompetnya. Ia lupa Myungsoo sedang terkapar di ruangannya. Hampir saja ia meninggalkan hobaenya itu jika saja Myungsoo tidak menegurnya. Berkat teguran itu, sebuah ide brilian muncul di otaknya.
“Myungsoo-ya, kau mau ikut?” Tawar Sunggyu.
“Sireo. Aku sedang patah hati.” Tolak Myungsoo.
“Aku baru ingat, tempat yang kutuju untuk Seung Yeon Nuna sangat dekat dengan toko yang menjual jam infinite.” Sunggyu menjelaskan.
“Geureseo?” Myungsoo makin merekatkan matanya
“Aku ingat Sakyung menginginkan jam itu. Tapi waktuku tak akan cukup untuk datang ke dua toko seorang diri.” Sunggyu masih menjelaskan.
“To the point, Hyung!” Myungsoo mulai bosan.
“Tadinya aku berpikir mungkin kau berinisiatif membelikannya untuk Sakyung. Mungkin dia akan memberimu nilai plus dibandingkan Sung Jong. Tapi karena kau barusaha memotong perkataanku secara tidak sopan, aku tak jadi mengajakmu.” Sunggyu menutup pintu ruangannya.
“Ahh tunggu… Aku akan mengambil dompet dan ponsel. Kita pergi bersama.” Myungsoo berlari menyusul Sunggyu.
“Sireo!” Sunggyu menolak tegas.
“Aku akan membelikanmu makan malam.” Sunggyu hanya melirik sekilas ke arah Myungsoo.
“Kau kan baru saja ditolak.” Ucap Myungsoo.
“Hya!!!! Pergilah sendiri!” Sunggyu memasuki lift yang telah terbuka membiarkan Myungsoo di belakang.
“Araseo. Mianhae. Aku akan mentraktirmu sepuasnya.” Dari semua tawaran Myungsoo, hanya satu ini yang diterima Sunggyu dengan senyum penuh kemenangan.
Malam itu, Sunggyu benar-benar bisa membalas dendam untuk makan siangnya yang terlewatkan. Ditambah lagi ia tidak perlu kehilangan uang untuk 3 porsi makanannya. Sore tadi ia telah kehilangan banyak uang untuk membeli jas yang dibutuhkan Han Seung Yeon. Ia menghabiskan 100.000 atau sekitar 1.500.000 rupiah hanya untuk sepotong kain. Namun entah kenapa ada kepuasan tersendiri bagi Sunggyu ketika melihat raut wajah lega di wajah Han Seung Yeon karena dirinya.
Bukan hanya Sunggyu yang mendapatkan kepuasannya, Myungsoo juga terlihat cukup senang dengan sesuatu yang saat ini ada di tangannya. Bahkan beberapa kali ia tersenyum-senyum sendiri. Dalam jangka waktu beberapa kali itu, Sunggyu terlalu sibuk berkhayal sehingga kurang memperhatikan. Namun sekarang, saat mereka baru saja selesai menghabiskan jjajangmyeon di meja tersebut, Sunggyu dapat melihatnya dengan jelas karena mereka duduk berhadapan.
“Kelihatannya mood-mu telah berubah, Myungsoo-sshi?” Goda Sunggyu.
“Eoh.” Myungsoo kembali tersenyum.
“Hajima! Kau membuatku geli.” Sunggyu menggidikkan bahu.
“Wae? Hyung, aku bisa membayangkan bagaimana ekspresi Sakyung saat aku memberikan benda ini padanya.” Myungsoo kembali tersenyum.
“Kenapa kau membungkusnya dengan warna pink? Bukankah lebih baik warna silver? Saat mendengar kata infinite, yang pertama kali tergambar di kepalaku adalah warna silver.” Sunggyu memberi saran.
“Begitukah?” Myungsoo meyakinkan dan dijawab anggukkan mantap dari Sunggyu.
“Ani. Sakyung suka warna ini.” Myungsoo memasukkan jam itu kembali ke tasnya.
“Ahh lupakanlah! Lagipula belum tentu aku mengizinkanmu memberikannya. Berikan saja padaku, aku yang akan menyerahkannya pada Sakyung.” Sunggyu mengulurkan tangannya.
“Sireo.” Myungsoo menolak dengan tegas.
Setelah perdebatan panjang, akhirnya Sunggyu mengalah dan membiarkan Myungsoo menyerahkannya secara langsung setelah Myungsoo membelikan ice cream sebagai hidangan penutup. Malam itu Sunggyu benar-benar memanfaatkan Myungsoo secara maksimal. Bahkan ia juga meminta Myungsoo mengantarnya pulang.
“Wae? Kau kan membawa mobil. Bahkan mobilmu lebih mahal dari mobilku.” Tanya Myungsoo ketika mereka masih berembug.
“Kau bisa menyerahkan jam itu besok ketika kau mengantarnya ke sekolah.” Sunggyu acuh sambil memasuki mobil Myungsoo.
“Dwe-yo?” Myungsoo meyakinkan sambil menyusul Sunggyu.
“Eoh. Aku akan naik busway jadi dia tak ada alasan menolak.” Sunggyu memasang sabuk pengaman dan memejamkan matanya.
“Call!!” Myungsoo segera mengemudiakan mobilnya menuju jalanan yang masih saja ramai di jam 9 malam.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan apartmen Sunggyu. Sebenarnya Myungsoo berniat menghentikan mobilnya agak ke depan, namun di depannya terparkir motor merah cc 150. Baru saja Sunggyu mengucapkan terimakasih dan membuka pintu mobil, pemilik motor itu keluar dan segera memakai helmnya.
“Sungjong-ah!” Sontak Sunggyu berteriak. Mata Myungsoo segera tertuju ke sang pemilik nama.
“Eoh? Sunbae! Annyeonghaseyo.” Sapa lelaki itu sopan.
“Lama tak bertemu. Apa kau mengantar Sakyung?” Tanya Sunggyu.
“Ne.” Lelaki itu melirik ke mobil Myungsoo dan segera menyadarkan Sunggyu.
“Myungsoo-ya, keluarlah!” Sunggyu memberi isyarat kepada Myungsoo untuk keluar.
“Kenalkan ini Hobae-ku! Sungjong, ini rekan kerjaku.” Sunggyu memperkenalkan mereka berdua.
“Myungsoo imnida.” Ucap Myungsoo singkat.
“Annyeonghaseyo, Lee Sung Jong imnida.” Sungjong tersenyum ramah.
“Kau bilang tadi kau mengantar Sakyung? Bagaimana kalian bisa bertemu lagi setelah sekian lama?” Tanya Sunggyu memutus ketegangan di mata Myungsoo.
“Beberapa hari lalu aku bertemu Sakyung di depan universitas ketika ia pulang les.” Jelas Sungjong.
“Universitas? Kau masih kuliah?” Tanya Myungsoo sedikit tajam.
“Ne, Universitas Seoul.” Tambah Sungjong.
“Wah.. kau benar-benar hebat. Jurusan apa yang kau ambil?” Puji Sunggyu.
“Saat ini saya mengambil jurusan hukum.” Sungjong masih memasang senyum manisnya.
“Ahhh… apakah semua temanmu juga gemulai seperti dirimu?” Sindir Myungsoo.
“Ne?” Sungjong memastikan.
“Kurasa kau sedikit lebih gemulai dari laki-laki normal.” Ucap Myungsoo tajam.

Continued in Chapter 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar