BAD
Author : Shin Yoon Ah
Cover : Lingliana
Lenght : Chapter
Genre : Romance
Cast : Kim Sunggyu (Infinite), Han Seung Yeon (KARA), Cho Kyuhyun (Suju)
Kim
Sunggyu masih berkutat dengan laptopnya ketika ponselnya berbunyi pukul 21.00
malam itu. Tanpa mengubah focus matanya dari layar laptop ia meraih benda yang
terus bergetar itu.
“Yeoboseyo?”
Ucap Sunggyu singkat.
“Oppa, kau masih bekerja? Aku baru pulang
les.” Rengek gadis di seberang sana.
“Panggil
saja taksi. Aku sibuk.” Sunggyu acuh.
“Sireo!!” Kim Sa Kyung tetap kukuh pada
pendiriannya.
“Sakyung-ah,
aku sibuk.” Sunggyu memutus kontak matanya dengan laptop karena geram.
“Baiklah jika kau memang sibuk.” Ucap
Sakyung.
Baru
saja Sunggyu akan menutup sambungan telepon, Sakyung berteriak di seberang
sana, “Mungkin Myungsoo Oppa tak terlalu
sibuk. You know what I mean?”
“Aku
akan menghubunginya. Kututup.” Sunggyu mendesah pelan.
“Wae, Hyung?” Ucap Myungsoo di seberang
telepon.
“Bisakah
kau menjemput Sakyung? Aku masih di kantor.” Suara Sunggyu terguncang-guncang
karena ia mulai berjalan keluar kantor menuju dapur.
“Sakyung? Araseo. Eoddi?” Kini suara
Myungsoo ikut terguncang karena ia mulai berjalan menuju lift apartemennya
menuju basement.
“Tempat
les.”
“Tempat les yang mana, Hyung?” Myungsoo
menghentikan langkahnya merasa ragu.
“Entahlah.
Tanyakan sendiri!” Sunggyu tersenyum sekilas.
“Aish..jinjja. Kenapa kau memberikan banyak
les kepada adikmu? Dan bahkan kau tak tau jadwal lesnya.” Myungsoo segera
mematikan sambungan telepon dan menghubungi Sakyung.
Tanpa
menggubris Myungsoo yang mematikan ponsel mendadak, Sunggyu melanjutkan
perjalanannya menuju dapur. Ia membalikkan salah satu cangkir berwarna putih berlogo
perusahaannya. Belum sempat ia membuka sachet kopi instannya, ponsel di saku
jasnya berdering.
“Sunggyu-ya, kau sibuk?” Suara di
seberang telepon membuat jantung Sunggyu berdebum tak beraturan.
“Ani..
wae, Nuna?” Sunggyu mengembalikan lagi cangkirnya ke tempat semula.
“Aku baru selesai pemotretan, bisa kau jemput
aku?” Suara Han Seung Yeon yang serak membuat Sunggyu tak sanggup
menolaknya.
“Dimana?
Aku akan ke sana secepat kilat.” Sunggyu berlari menuju kantornya, mengambil
jas, tas, dan kunci mobilnya kemudian berlari menuju basemen.
“Aku di gedung fashion A. Kau tau tempat itu?”
“Ara-yo.
Tunggu di dalam, di luar dingin.” Sunggyu segera melajukan mobilnya setelah
membuka GPS.
10
menit kemudian, Sunggyu sudah memarkirkan mobilnya di basemen gedung fashion
tempat Seung Yeon melakukan pekerjaannya sebagai model. Tanpa membuang waktu,
Sunggyu segera berlari menuju lantai yang diinformasikan Seung Yeon. Di sana ia
menunggu dengan lugunya selama beberapa saat. Beberapa orang yang lewat hanya
memandangnya lalu berpaling. Hal itu tak akan terjadi di perusahaannya. Para
karyawannya terbiasa membungkuk hormat kepadanya ketika berpapasan.
Karyawatinya terbiasa memperbincangkannya setelah berpapasan. Bahkan sesekali
mereka mencuri foto Sunggyu. Tapi di sini, banyak model-model pria yang lebih
menarik darinya. Banyak juga model-model wanita yang sempat menarik
perhatiannya. Namun pesona mereka tak sebesar pesona Han Seung Yeon di mata
Sunggyu.
Setelah
menunggu sekitar 35 menit waktu sebenarnya, namun hanya 5 menit waktu di
pikiran Sunggyu, gadis yang ditunggunya nampak dari kejauhan. Senyum Sunggyu
merekah seketika, gadis itu melambaikan tangannya kea rah Sunggyu menandakan
bahwa ia sudah melihat Sunggyu. Dalam perjalanan menuju Sunggyu, Seung Yeon
berhenti sesaat di depan seorang pria yang tampak seusia dengannya. Mereka
saling tersenyum dan berpegangan tangan. Sunggyu memilih untuk memalingkan
pandangannya dan berpura-pura mengecek ponselnya.
“Sunggyu-ya.”
Seung Yeon menggandeng lengan Sunggyu begitu mereka berhadapan.
“Eoh.
Waseo? Kita pergi sekarang?” Sunggyu segera memasukkan ponselnya dan menyentuh
lengan Seung Yeon yang tersampir di lengannya.
“Eoh.
Aku benar-benar lelah. Aku ingin pulang dan tidur. Geunde, Sunggyu-ya, apa kau
baru pulang? Kenapa kau masih mengenakan jas kerja?”
“Eoh,
aku baru saja keluar kantor ketika kau menelepon.” Kata Sunggyu berbohong.
“Aa..
Geureogeuna.”
“Nuna,
siapa lelaki yang kau sapa tadi?” Tanya Sunggyu penasaran.
“Hmm?
Dia photographer-ku. Namanya Cho Kyuhyun dia seusia denganku. Artinya dia lebih
tua satu tahun darimu, bocah.” Seung Yeon mengacak rambut Sunggyu pelan.
“Ahh
Nuna, geumanhae! Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah melewati ulang tahunku
yang ke 28. Berhenti memanggilku bocah!” Sunggyu membenahi rambutnya sambil
memberengut.
“Araseo.
Ahh, bagaimana menurutmu Cho Kyuhyun. Ia tampan kan?” Seung Yeon mulai mengoceh
tentang Cho Kyuhyun selama perjalanan. Mau tak mau Sunggyu juga harus
mendengarkan ocehan tersebut meskipun telinganya agak panas.
Jam
tangannya telah menunjukkan pukul 01.00 am ketika Fortuner silver milik Sunggyu
keluar dari pekarangan apartemen mewah tempat Seung Yeon tidur jika sempat. Ia
mengusap telinganya yang gatal sejak satu jam yang lalu di sepanjang jalan. Setelah
menimbang-nimbang beberapa kemungkinan, Sunggyu memutuskan untuk mampir ke
apartemennya menjenguk Sakyung yang kemungkinan sedang berada di sana seorang
diri.
Dengan
menenteng jas dan tas kerjanya, Sunggyu keluar dari mobilnya menuju lift di
basemen. Ia ingin segera meluruskan punggung selama beberapa jam sebelum ia
memulai aktivitas paginya beberapa jam lagi. Ia memutuskan untuk telat
berangkat ke kantor besok dan memilih mengerjakan beberapa dokumen yang malam
ini sempat tertunda saat itu.
Sunggyu
menekan beberapa tombol password pintu apartemennya. Ia melepas sepatunya
secara sembarangan dan segera menggantinya dengan sandal rumah. Setelah menaruh
tasnya di ruang kerja sekaligus ruang belajar bagi Sakyung kemudian mandi untuk
menghilangkan sedikit penatnya. Dengan piyama putih berbintik hitam, Sunggyu
terhuyung-huyung menuju kamar di sebelah kamarnya. Matanya yang sipit dan
semakin menutup karena mengantuk itu terbuka lebar seketika menyadari siapa
yang berada di ruangan itu. Sakyung tertidur dengan nyenyak di ranjangnya
seperti biasanya. Namun ada sebuah siluet lelaki di samping ranjang gadis itu,
refleks Sunggyu melayangkan jitakan keras di jidat lelaki tersebut.
“Ahh..
hyung, neo waseo?” Myungsoo yang tadinya memasang wajah marah seketika berdiri
dari posisinya di lantai.
“Apa
yang kau lakukan?” Sunggyu menarik Myungsoo agar segera keluar dari kamar
Sakyung.
“Aku
hanya menemani Sakyung tidur, hyung.” Myungsoo membela diri.
“Pabo-ya,
imma!!” Sunggyu berniat memukul Myungsoo namun lelaki itu telah berhasil
melindungi dirinya.
“Keluar
kau!” Sunggyu menendang pantat Myungsoo sambil menggiringnya keluar.
“Aku
harus mengambil kunci mobilku dulu di dalam.” Myungsoo berniat kembali ke kamar
Sakyung.
“Kau
membawa kunci lagi selain di kantungmu?” Sunggyu menghalangi Myungsoo dengan
tangannya.
“Araseo…
araseo… Kau kakak yang jahat, hyung.” Myungsoo segera melarikan diri sebelum
tinju Sunggyu mendarat di lengannya lagi.
Pagi
berlalu cukup cepat bagi Sunggyu. Baru beberapa menit ia merasa menutup mata,
namun alarm dari ruang sebelah telah terdengar di telinganya. Ia berusaha
mengabaikannya, namun beberapa saat kemudian, Sakyung mulai mengoyang-goyangkan
tubuhnya yang lelah.
“Oppa,
bangunlah! Aku sudah selesai mandi. Mandilah! Aku akan membuat sarapan. Jika
kau tak segera bangun, aku akan pergi dengan Myungsoo Oppa.” Ancam Sakyung.
“Hya!!!
Ahh kepalaku.” Sontak Sunggyu terbangun dari tidurnya membuat kepalanya
berdenyut pelan.
“Cepat
mandi sebelum kepalamu lepas.” Sakyung segera berlari menuju dapur.
Sunggyu
hampir saja tertidur kembali di kamar mandi, ia kembali tersadar ke dunia nyata
ketika mendengar benda pecah dari luar diikuti umpatan-umpatan kasar dari
Sakyung. Setelah menghembuskan napas panjang, Sunggyu segera memakai handuknya
dan keluar.
“Apa
lagi?” Sunggyu keluar dari kamar menuju dapur.
“Aku
menyenggol vas……lagi.” Sakyung meringis memamerkan deretan gigi putihnya.
“Ahh...jinjja…
Biar aku akan membereskannya setelah selesai mandi agar kau tak terluka.
Lanjutkan saja masakmu!” Sunggyu segera berbalik untuk masuk ke kamar.
“Oppa!!!”
Sakyung menahan Sunggyu.
“Wae?”
Sunggyu berhenti sambil mengusap rambutnya yang masih separuh basah.
“Bereskanlah
sekarang!! Kau ingin aku menginjaknya?” Ucap Sakyung manja sambil memasang
mimik puppy face.
“Ahh…
araseo!!” Sunggyu kembali ke dapur untuk membersihkan kekacauan kecil yang
terjadi. Setelah itu barulah ia bisa melanjutkan aktivitas mandinya.
Meja
makan telah menyangga dua piring sarapan yang berisi bacon, telur, dan
kawan-kawannya. Di salah satu sisi meja, Sakyung dengan mata sipitnya yang
merupakan satu-satunya ciri fisik selain bibir yang membuktikan bahwa ia adalah
adik kandung Sunggu, telah duduk manis dengan kedua tangan menyangga kepalanya
menunggu Sunggyu.
“Kenapa
kau belum memakai seragam?” Sunggyu duduk di kursinya.
“Aku
akan ganti baju setelah sarapan.” Ucap Sakyung santai.
“Oppa,
kau mau mengantarku hari ini?” Sela Sakyung saat mereka mulai menyuap
sarapannya.
“Eoh.”
Jawab Sunggyu singkat.
“Jinjja?
Memangnya kau ke kantor jam berapa?” Sakyung antusias.
“Rencananya
aku akan ke kantor jam 12.”
“Lalu
apa yang akan kau lakukan selama 4 setengah jam setelah mengantarku?”
“Entahlah.
Memangnya kenapa?”
“Ada
beberapa hal yang ingin kubeli. Bisa tolong…”
“Sireo.”
Potong Sunggyu dengan jelas.
“Pabo.
Bereskan ini! Aku mau mengenakan seragamku.” Sakyung mendorong piringnya ke
arah Sunggu.
“Aku
akan memakai seragamku.” Jelas Sakyung sebelum Sunggyu sempat membantah.
Tak
lama kemudian mereka berdua telah berada di mobil nyaman Sunggyu. Mobil itu
tadinya nyaman menurut Sunggyu sebelum Sakyung memenuhi atmosfir dengan lagu
dari Super Junior-My Love, My Kiss, My Heart. Daripada memulai perdebatan
panjang di pagi santainya, lebih baik Sunggyu diam dan berusaha fokus ke jalan
di depannya.
“Oppa,
kau akan menjemputku juga?” Tanya Sakyung melewati jendela mobil yang terbuka
di depan sekolahnya.
“Ani.
Aku lembur.”
“Ahhh…
kalau saja Seung Yeon Eonni yang meminta kau pasti selalu ada waktu. Apa aku
bagimu?” Sakyung merajuk.
“Aku
pergi. Belajarlah dengan baik!” Sunggyu menjalankan mobilnya meninggalkan
Sakyung yang memberenggut sebal.
“Huft…
Kenapa aku punya kakak sepertinya.” Sunggyu segera memasuki halaman sekolahnya
yang mulai ramai.
Setelah
beberapa saat mengendarai mobilnya mengitari kota Seoul, Sunggyu memutuskan
untuk pulang dan membereskan pekerjaannya yang sempat ia bawa pulang untuk
segera membawanya kembali ke kantor. Hal itulah yang membuat Myungsoo mendekati
ruang kerja Sunggyu sambil membawakan dua cup kopi.
“Apa kau
hanya membawanya kemana-mana untuk dipamerkan ke pegawai wanita di bawah?”
Sindir Myungsoo.
“Nuga?”
Sunggyu sinis.
“Kau
tak tau, Hyung? Hampir semua karyawan wanita di lantai bawah selalu memujimu
ketika kau lewat di lorong.” Myungsoo duduk di meja kerja Sunggyu.
“Kau
sendiri? Aku bahkan pernah melihat ahjumma cleaning service wajahnya memerah
seketika setelah melihatmu keluar dari kamar mandi.” Sunggyu acuh.
“Jinjjaya?”
Myungsoo seketika berdiri.
“Eoh.
Kau benar-benar kotor, Myungsoo-ya.” Sunggyu menepuk-nepuk pundak Myungsoo
sambil menunjukkan raut wajah prihatin.
“Ahh..geumanhae!!”
Myungsoo menaruh salah satu cup ke meja Sunggyu dan segera pergi dari ruangan
tersebut sebelum Sunggyu mempermalukannya lebih jauh lagi. Sunggyu tertawa
cukup keras sambil meminum kopi hitam tersebut.
“Hyung,
aku sudah meludahinya!!” Teriak Myungsoo dari luar.
“MWO??!!!!”
Sunggyu berteriak namun tetap menyesap kopinya.
Myungsoo
tertawa penuh kemenangan di luar ruangan tanpa mengetahui Sunggyu tidak
tertipu. Dengan hati yang penuh rasa kemenangan, ia berjalan menuju meja
kerjanya dan mengambil ponselnya dan membuka Line app.
L :
Sakyung-ah, apa yang sedang kau lakukan?
Skyung :
Wae-yo? Tentu saja aku di sekolah.
L :
Apa hari ini kau ingin aku menjemputmu pulang setelah les?
Skyung :
Ani. Gomawo.
L :
Wae? Apa aku melakukan suatu kesalahan tadi malam?
“Selain
tidur di kamarmu. Itu pun hanya sebentar kan.” Gumam Myungsoo.
Skyung :
Aku pulang dengan Sungjong Oppa.
L :
Nuga?
Skyung :
Lee Sung Jong. Sunggyu Oppa cingu.
“MWO?!!!”
Myungsoo tak dapat menahan mulutnya untuk berteriak.
Jam
di ujung ruangan menunjukkan pukul 15.00 ketika Sunggyu masih berkutat dengan
berkas-berkasnya semalam yang saat ini sudah hampir selesai berpindah ke
laptopnya. Berkas itu harus dikirim ke ayahnya di Amerika sebelum jam 07.00
waktu LA. Itu berarti sekitar pukul 19.00 waktu Seoul. Maka dari itu Sunggyu
memutuskan untuk meninggalkan makan siangnya dan akan membalas dendam untuk
makan malam.
Tepat
satu jam setelahnya, Sunggyu menutup laptopnya bersamaan dengan Myungsoo yang
masuk ke ruangannya tanpa suara dengan wajah cemberut. Ia duduk di sofa di
depan meja kerja Sunggyu.
“Wae?”
Tanya Sunggyu penasaran.
“Hyung,
apa kau mengenal Lee Sung Jong?” Tanya Myungsoo lemas.
“Eoh.
Dia dulu hobaeku. Dia juga sering datang ke rumah karena ia cukup dekat dengan
Sakyung. Wae? Apa kau juga mengenalnya?” Sunggyu membereskan barang-barangnya.
“Selesai
sudah.”
“Mwo?”
Sunggyu bertanya penuh minat namun hanya dijawab oleh gelengan pelan sebelum
kepala itu melesak ke bantalan sofa.
Sunggyu
mengambil ponselnya dan duduk di depan Myungsoo, masih berniat menginterogasi
penyebab badmood lelaki yang jarang cemberut itu. Sunggyu memperhatikan cukup
lama namun objeknya malah menutup matanya rapat-rapat. Merasa diabaikan, Sunggyu
membuka ponselnya dan mendapati pesan dari adik perempuannya di depan layar
utama.
Skyung :
Oppa, kumohon belikan aku jam tangan Infinite. Ini alamatnya.
Sunggyu
mendesah setelah melihat alamatnya ada di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup
ramai. Ia memutuskan untuk menolak permintaan Sakyung. Namun, ponselnya
berdering sebelum ia sempat mengirim pesan tersebut. Karena takut membangunkan
Myungsoo, Sunggyu segera mengangkat panggilan tersebut.
“Yeoboseo?”
Sapa Sunggyu.
“Eoh? Kenapa kau sopan sekali?” Suara
wanita di seberang sana segera dapat dikenali Sunggyu tanpa harus melihat nama
yang tertera di halaman telepon.
“Ahh…Nuna,
mianhae. Wae?” Sunggyu salah tingkah.
“Aku ingin meminta bantuanmu. Apa kau sedang
sibuk?” Tanya Seung Yeon
“Anio.
Wae?”
“Aku ada pemotretan pukul 5 nanti. Tapi aku
merusak jas yang seharusnya kugunakan nanti. Aku sempat melihat satu yang sama
persis di toko. Tetapi aku tak bisa ke sana sekarang. Bisakah kau membelikannya
untukku?” Jelas Seung Yeon.
“Tentu
saja. Emm… geunde Nuna, apa kau mau pergi makan malam denganku nanti?” Tawar
Sunggyu.
“Ahh.. Mianhae Sunggyu-ya, tapi sepertinya
tidak bisa hari ini. Mungkin lain waktu.” Seung Yeon menolak halus.
“Ahhh…
baiklah, mungkin lain waktu.” Sunggyu berusaha menyembunyikan kekecewaannya.
“Aku akan mengirimkan alamat dan foto jasnya
kepadamu. Aku mengandalkanmu.” Seung Yeon menutup teleponnya kemudian.
Sunggyu
membuka pesan dari Seung Yeon dan segera mengambil jas dan dompetnya. Ia lupa
Myungsoo sedang terkapar di ruangannya. Hampir saja ia meninggalkan hobaenya
itu jika saja Myungsoo tidak menegurnya. Berkat teguran itu, sebuah ide brilian
muncul di otaknya.
“Myungsoo-ya,
kau mau ikut?” Tawar Sunggyu.
“Sireo.
Aku sedang patah hati.” Tolak Myungsoo.
“Aku
baru ingat, tempat yang kutuju untuk Seung Yeon Nuna sangat dekat dengan toko
yang menjual jam infinite.” Sunggyu menjelaskan.
“Geureseo?”
Myungsoo makin merekatkan matanya
“Aku
ingat Sakyung menginginkan jam itu. Tapi waktuku tak akan cukup untuk datang ke
dua toko seorang diri.” Sunggyu masih menjelaskan.
“To
the point, Hyung!” Myungsoo mulai bosan.
“Tadinya
aku berpikir mungkin kau berinisiatif membelikannya untuk Sakyung. Mungkin dia
akan memberimu nilai plus dibandingkan Sung Jong. Tapi karena kau barusaha
memotong perkataanku secara tidak sopan, aku tak jadi mengajakmu.” Sunggyu
menutup pintu ruangannya.
“Ahh
tunggu… Aku akan mengambil dompet dan ponsel. Kita pergi bersama.” Myungsoo
berlari menyusul Sunggyu.
“Sireo!”
Sunggyu menolak tegas.
“Aku
akan membelikanmu makan malam.” Sunggyu hanya melirik sekilas ke arah Myungsoo.
“Kau
kan baru saja ditolak.” Ucap Myungsoo.
“Hya!!!!
Pergilah sendiri!” Sunggyu memasuki lift yang telah terbuka membiarkan Myungsoo
di belakang.
“Araseo.
Mianhae. Aku akan mentraktirmu sepuasnya.” Dari semua tawaran Myungsoo, hanya
satu ini yang diterima Sunggyu dengan senyum penuh kemenangan.
Malam
itu, Sunggyu benar-benar bisa membalas dendam untuk makan siangnya yang
terlewatkan. Ditambah lagi ia tidak perlu kehilangan uang untuk 3 porsi
makanannya. Sore tadi ia telah kehilangan banyak uang untuk membeli jas yang
dibutuhkan Han Seung Yeon. Ia menghabiskan 100.000 atau sekitar 1.500.000
rupiah hanya untuk sepotong kain. Namun entah kenapa ada kepuasan tersendiri
bagi Sunggyu ketika melihat raut wajah lega di wajah Han Seung Yeon karena
dirinya.
Bukan
hanya Sunggyu yang mendapatkan kepuasannya, Myungsoo juga terlihat cukup senang
dengan sesuatu yang saat ini ada di tangannya. Bahkan beberapa kali ia
tersenyum-senyum sendiri. Dalam jangka waktu beberapa kali itu, Sunggyu terlalu
sibuk berkhayal sehingga kurang memperhatikan. Namun sekarang, saat mereka baru
saja selesai menghabiskan jjajangmyeon di meja tersebut, Sunggyu dapat
melihatnya dengan jelas karena mereka duduk berhadapan.
“Kelihatannya
mood-mu telah berubah, Myungsoo-sshi?” Goda Sunggyu.
“Eoh.”
Myungsoo kembali tersenyum.
“Hajima!
Kau membuatku geli.” Sunggyu menggidikkan bahu.
“Wae?
Hyung, aku bisa membayangkan bagaimana ekspresi Sakyung saat aku memberikan
benda ini padanya.” Myungsoo kembali tersenyum.
“Kenapa
kau membungkusnya dengan warna pink? Bukankah lebih baik warna silver? Saat
mendengar kata infinite, yang pertama kali tergambar di kepalaku adalah warna
silver.” Sunggyu memberi saran.
“Begitukah?”
Myungsoo meyakinkan dan dijawab anggukkan mantap dari Sunggyu.
“Ani.
Sakyung suka warna ini.” Myungsoo memasukkan jam itu kembali ke tasnya.
“Ahh
lupakanlah! Lagipula belum tentu aku mengizinkanmu memberikannya. Berikan saja
padaku, aku yang akan menyerahkannya pada Sakyung.” Sunggyu mengulurkan
tangannya.
“Sireo.”
Myungsoo menolak dengan tegas.
Setelah
perdebatan panjang, akhirnya Sunggyu mengalah dan membiarkan Myungsoo
menyerahkannya secara langsung setelah Myungsoo membelikan ice cream sebagai
hidangan penutup. Malam itu Sunggyu benar-benar memanfaatkan Myungsoo secara
maksimal. Bahkan ia juga meminta Myungsoo mengantarnya pulang.
“Wae?
Kau kan membawa mobil. Bahkan mobilmu lebih mahal dari mobilku.” Tanya Myungsoo
ketika mereka masih berembug.
“Kau
bisa menyerahkan jam itu besok ketika kau mengantarnya ke sekolah.” Sunggyu
acuh sambil memasuki mobil Myungsoo.
“Dwe-yo?”
Myungsoo meyakinkan sambil menyusul Sunggyu.
“Eoh.
Aku akan naik busway jadi dia tak ada alasan menolak.” Sunggyu memasang sabuk
pengaman dan memejamkan matanya.
“Call!!”
Myungsoo segera mengemudiakan mobilnya menuju jalanan yang masih saja ramai di
jam 9 malam.
Tak
lama kemudian mereka sampai di depan apartmen Sunggyu. Sebenarnya Myungsoo
berniat menghentikan mobilnya agak ke depan, namun di depannya terparkir motor
merah cc 150. Baru saja Sunggyu mengucapkan terimakasih dan membuka pintu
mobil, pemilik motor itu keluar dan segera memakai helmnya.
“Sungjong-ah!”
Sontak Sunggyu berteriak. Mata Myungsoo segera tertuju ke sang pemilik nama.
“Eoh?
Sunbae! Annyeonghaseyo.” Sapa lelaki itu sopan.
“Lama
tak bertemu. Apa kau mengantar Sakyung?” Tanya Sunggyu.
“Ne.”
Lelaki itu melirik ke mobil Myungsoo dan segera menyadarkan Sunggyu.
“Myungsoo-ya,
keluarlah!” Sunggyu memberi isyarat kepada Myungsoo untuk keluar.
“Kenalkan
ini Hobae-ku! Sungjong, ini rekan kerjaku.” Sunggyu memperkenalkan mereka
berdua.
“Myungsoo
imnida.” Ucap Myungsoo singkat.
“Annyeonghaseyo,
Lee Sung Jong imnida.” Sungjong tersenyum ramah.
“Kau
bilang tadi kau mengantar Sakyung? Bagaimana kalian bisa bertemu lagi setelah
sekian lama?” Tanya Sunggyu memutus ketegangan di mata Myungsoo.
“Beberapa
hari lalu aku bertemu Sakyung di depan universitas ketika ia pulang les.” Jelas
Sungjong.
“Universitas?
Kau masih kuliah?” Tanya Myungsoo sedikit tajam.
“Ne,
Universitas Seoul.” Tambah Sungjong.
“Wah..
kau benar-benar hebat. Jurusan apa yang kau ambil?” Puji Sunggyu.
“Saat
ini saya mengambil jurusan hukum.” Sungjong masih memasang senyum manisnya.
“Ahhh…
apakah semua temanmu juga gemulai seperti dirimu?” Sindir Myungsoo.
“Ne?”
Sungjong memastikan.
“Kurasa
kau sedikit lebih gemulai dari laki-laki normal.” Ucap Myungsoo tajam.
Continued in Chapter 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar