BAD
Author : Shin Yoon Ah
Cover : SalzaKim Art
Lenght : Chapter
Genre : Romance
Cast : Kim Sunggyu (Infinite), Han Seung Yeon (KARA), Cho Kyuhyun (Suju)
“Kurasa kau sedikit lebih
gemulai dari laki-laki normal.” Ucap Myungsoo tajam.
“Myungsoo-ya,
apa yang kau katakan? Sungjong juga lelaki normal, lihat saja motornya!
Benarkan, Sungjong-ah?” Sunggyu memandang Sungjong dengan tatapan meminta maaf.
“Tentu
saja. Mungkin aku terbiasa seperti ini karena aku seorang dancer.” Sungjong
memberikan beberapa penekanan kata.
Merasa
telah menang, Sungjong segera berpamitan sebelum ide merendahkan yang lain
muncul di dalam otak lelaki bernama Myungsoo itu. Myungsoo tak henti-hentinya
memandang motor hitam itu hingga ditelan kegelapan di ujung tikungan. Ia bahkan
menutup telinganya dari omelan Sunggyu yang tiada hentinya.
“Hyung!!!”
Teriak Myungsoo tiba-tiba.
“Wae?”
Sunggyu terkejut.
“Kenapa
kau tak memarahinya? Dia baru saja dari dalam, aku yakin dia baru saja
mengantar Sakyung. Kenapa kau tak memarahinya? Apa kau yakin dia tidak melakukan
apapun?” Myungsoo menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.
“Pulanglah!
Aku tak akan menoleransi jika kau terlambat menjemput adikku.” Ucap Sunggyu
dengan wajah lelah dan meninggalkan Myungsoo yang segera berlari ke mobil.
Keesokan
harinya Sunggyu sengaja berangkat bekerja ketika Sakyung masih bersenandung di
kamar mandi. Ia sengaja berangkat pagi untuk menghindari berdesakkan di kereta
bawah tanah. Segera setelah ia sampai di stasiun bawah tanah, Sunggyu mengirim
pesan kepada Sakyung agar menyiapkan sarapan untuk Myungsoo.
Sunggyu :
Aku ada rapat pagi. Myungsoo akan mengantarmu ke sekolah. Siapkan sarapan
untuknya juga.
Skyung :
Jinjja? Araseo.
Sunggyu :
Jangan berpikir untuk mempertemukan Myungsoo dan Sungjong.
Skyung :
Araseo!!!!!!
Pikiran
Sunggyu melayang membayangkan bagaimana jadinya jika kedua hobaenya
dipertemukan di meja makan di dapurnya. Yang akan terjadi mungkin adalah adu tatapan
mata yang sama sekali tidak disadari oleh gadis pecinta makanan, Sakyung.
Myungsoo
mengenakan jas terbaiknya pagi itu. Ia turun dari mobil dengan percaya diri dan
segera menuju lift. Setelah menekan angka 6 ia tak lantas diam di lift kosong
itu. tubuhnya terus bergoyang-goyang ke depan dan ke belakang sambil memandangi
kotak berwarna merah jambu di tangannya. Bukan hanya karena dingin tapi ia juga
merasa tidak sabar untuk melihat ekspresi Sakyung ketika melihat benda yang
saat ini digenggamnya.
“Oppa,
apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Sakyung setelah membukakan pintu untuk
tamunya.
“Aku
menjemputmu. Kudengar Sunggyu Hyung berangkat agak pagi hari ini. Jadi kupikir
kau membutuhkanku untuk mengantarmu.” Jawar Myungsoo mantap.
“Ohh…
Kebetulan sekali aku baru saja membuat sarapan. Ayo sarapan bersama!” Sakyung
menggandeng lengan Myungsoo.
“Ahh…
Tunggu! Aku membawakan sesuatu untukmu. Bukalah!” Myungsoo menyodorkan
bawaannya kepada Sakyung.
“Uwahh…
Bagaimana kau tau aku menginginkan ini? Gomawo, Oppa.” Sakyung memeluk Myungsoo
seketika.
Lamunan
Myungsoo terhenti ketika mendengar suara dentingan lift menandakan ia telah
sampai di lantai tujuannya. Ia segera keluar dari kotak sempit itu dan menuju
pintu di ujung lorong. Myungsoo masih sempat membenahi jasnya sebelum menekan
bel di depannya. Tak lama setelah memencet bel itu, seorang gadis dengan
seragam sekolah membukakan pintu untuknya.
“Oh
Oppa, waseo? Masuklah!” Sakyung hanya membukakan pintu kemudian berlari menuju
kompornya yang masih menyala.
“Hya!
Kenapa kau selalu meninggalkan kompor menyala? Kau kan bisa mematikannya dulu.”
Ucap Myungsoo seketika setelah melihat kecerobohan Sakyung.
“Aku
tak ingin menunggu alat masakku panas lagi.” Jawab Sakyung singkat.
“Kyung-ie,
aku membawa sesuatu untukmu. Bukalah!” Myungsoo menyodorkan barang bawaannya
lebih dekat ke arah Sakyung yang saat ini telah duduk di seberang meja, di
depannya.
“Uwahh...
Apa Sunggyu Oppa yang memberitahumu?” Tanya Sakyung excited.
“Kau
suka?” Myungsoo telah bersiap merentangkan tangannya.
“Eoh.
Gomawo.” Sakyung mengenakan jam tangan tersebut dan meletakkan bungkusnya di
meja dapur.
“Hanya
seperti itu?” Tanya Myungsoo kecewa.
“Eoh.
Sungjong Oppa juga baru saja membelikanku lightstick model terbaru.” Jawab
Sakyung singkat.
“MWO?!!!!”
Di
kantor, Sunggyu mulai berkutat dengan pekerjaannya. Ia baru kembali ke dunia
nyata ketika Myungsoo membanting pintu ruangannya. Seketika wajah mereka
bertemu. Tatapan exiting dari Sunggyu dibalas tatapan lesu dari Myungsoo.
“Wae?”
Sunggyu penasaran.
“Bisakah
kau melarang Sungjong berhubungan dengan Sakyung lagi?” Myungsoo masih bersama
wajah lesunya.
“Wae?”
“Namja
bodoh itu memberikan barang yang lebih diinginkan Sakyung daripada jam tangan
kecil itu.” Myungsoo merengek.
“Huhh…
Dasar anak kecil. Kalau kau menyukainya kenapa tak bilang?” Sunggyu kembali
berkutat dengan kertas-kertasnya.
“Kau
sendiri menyukai Han Seung Yeon kan? Memangnya kau sudah menyatakan
perasaanmu?!” Myungsoo membalik kata-kata Sunggyu dan suasana hening sejenak.
“Hya!!!
Apa katamu? Naga! Nagaragu!” Sunggyu berdiri dan mendorong Myungsoo keluar dari
kantornya.
“Nyatakan
cintamu, Hyung! Model itu pilihan yang baik untuk semua lelaki.” Teriak
Myungsoo dari lorong membuat Sunggyu geram.
Sunggyu
melangkah menuju meja kerjanya sambil tersenyum kecil. Tingkah hobaenya itu
selalu menjadi pengobat lelah baginya selama di kantor. Sesaat ia memikirkan
perkataan Myungsoo. Gadis yang ia cintai adalah seorang model. Bukan tidak
mungkin bagi lelaki lain untuk mengincarnya. Apalagi photographer yang pernah dilihatnya,
Cho Kyuhyun. Memikirkan itu membuat Sunggyu mau tak mau mengambil ponselnya dan
menghubungi gadis pujaannya itu.
“Eoh, Sunggyu-ya.” Suara halus di
seberang sana membuat jantung Sunggyu berdebar dua kali lebih cepat.
“Apa
kau sedang sibuk?” Tanya Sunggyu.
“Aku sedang bersiap ke salon.” Terdengar
gemeletak barang dari sisi Seung Yeon.
“Aku
akan mengantarmu.” Sunggyu segera berdiri menyambar jasnya.
“Ania… Aku pergi bersama Kyuhyun. Hari ini ia
libur, jadi kami memutuskan untuk berjalan-jalan.” Sahut Seung Yeon ringan.
“Nuna,
apakah Cho Kyuhyun itu…” Belum sempat Sunggyu menyelesaikan kalimatnya,
terdengar suara berdebum di seberang sana.
“Nuna?
Apa yang terjadi? Nuna?” Perasaan panik melanda Sunggyu.
“Ah.. maafkan aku. Apa yang ingin kau katakan
tadi?” Seung Yeon berucap setelah beberapa menit kemudian.
“Apa
yang terjadi?” Sunggyu masih terdengar panik.
“Aku baru saja menabrak kotak buku.” Tawa
manis berderai.
“Aku baru sadar ternyata apartemenku sangat
berantakan.” Lanjut Seung Yeon.
“Apa
kau terluka?” Sunggyu tersenyum sekilas.
“Ani. Hanya goresan kecil. Sepertinya Kyuhyun
sudah sampai. Emm…Sunggyu-ya, apa aku bisa meminta bantuanmu?” Ucap Seung
Yeon kemudian.
“Aku
akan meminta seseorang merapikan apartemenmu. Hati-hati di jalan.” Sunggyu
segera menuju apartemen Seung Yeon sembari memesan jasa membersihkan rumah.
Apartemen
yang cukup luas itu terlihat seperti kandang beruang ketika Sunggyu masuk. Ia
segera berkeliling ruangan untuk mengumpulkan pakaian kotor milik Seung Yeon
yang kemungkinan juga berserakan seperti barang-barang lainnya. Ia tak ingin
petugas kebersihan yang kemungkinan besar berisi beberapa laki-laki melihat
pakaian model terkenal tersebut.
Sekitar
dua puluh menit setelah kedatangan Sunggyu, para petugas kebersihan yang
dipesan Sunggyu sampai di apartemen itu. Mereka terdiri dari 3 wanita dan 2
pria. Dalam hati Sunggyu bersyukur karena ia telah berhasil membereskan
kekacauan yang terjadi atas pakaian-pakaian Seung Yeon. Proses pembersihan itu
berlangsung sekitar 3 jam. Hal ini dikarenakan bukan hanya barang-barang ringan
yang harus mereka bereskan, barang besar seperti sofa dan meja makan telah
berpindah tempat setidaknya satu setengah meter dari posisi seharusnya.
Sunggyu
baru kembali ke kantor pukul 2 p.m. setelah ia singgah di binatu. Pekerjaannya
masih menumpuk di meja kerjanya tidak berubah posisi ataupun bertambah
sedikitpun. Sunggyu menghembuskan napas lega. Namun baru lima menit ia duduk di
kursi kebanggaannya, sekretarisnya yang cukup manis itu memasuki ruangan dengan
rok hitam 15 cm di atas lutut dan kemeja putih polos yang memperjelas lekuk
tubuhnya dengan satu kancingnya terbuka memasuki ruangan Sunggyu.
“Berhenti
di sana!” Perintah Sunggyu seketika.
“Wae-yo?”
Tanya gadis itu.
“Aku
mengingat dengan jelas bahwa aku sudah memberitahumu untuk tidak menggunakan
baju seperti itu saat bekerja. Tidak ada jaminan bahwa adikku tak akan datang
ke kantorku. Dan lagi tempat ini bukan peragaan busana. Aku tak ingin menerima
laporan darimu jika kau masih menggunakan baju kurang sopan seperti itu. Keluar
dan ganti bajumu! Lepas juga kacamatamu. Aku tau matamu normal.” Ucap Sunggyu
tanpa memalingkan wajahnya dari pekerjaan di mejanya dengan terang-terangan
menunjukkan ketidaksukaannya dengan sekretaris magangnya itu.
“Atau
kau bisa menyuruh Sekretaris Jung menyampaikan laporan itu.” Potong Sunggyu
ketika Sekretaris Yang membuka mulut untuk menolak. Ia tahu Sekretaris
kepercayaannya, Jung San Woo merupakan senior yang cukup galak.
“Ne,
Direktur.” Gadis itu segera berjalan mundur keluar ruangan dengan ekspresi
wajah sebal.
Tak
lama gadis yang sama memasuki ruangan Sunggyu yang hangat dengan mantel pink
selutut yang menutupi badannya hingga leher dengan rapat. Di wajahnya terlihat
jelas bahwa ia menyembunyikan rasa sebal dan hampir menangis. Semua orang di
kantor tau Sunggyu bukan atasan yang ramah. Tetapi baru kali ini ia tau
bagaimana rasanya menghadapi atasannya.
“Keluar!”
Sunggyu berucap tanpa mengalihkan wajahnya dari meja.
“Kenapa
lagi?” Gadis itu hampir menangis.
“Aku
tak mau menerima laporan dari orang dengan mood yang buruk.” Jawab Sunggyu
singkat.
Tanpa
berkata apapun, gadis itu segera keluar dari ruangan itu. Sunggyu bahkan tak
tertarik dengan gadis kekanakan seperti itu, untuk apa ia berusaha menarik
perhatiannya. Lima menit kemudian, seorang lelaki seusia ayah Sunggyu memasuki
ruangan membawa berkas yang awalnya dibawa Yang Min Sook. Lelaki yang masih
sangat gagah itu menuju meja Sunggyu dan membungkuk ringan.
“Apa
dia berani menyuruhmu?” Tanya Sunggyu.
“Sunggyu-sshi,
sepertinya kau harus memperbaiki sikapmu kepada para pegawai.” Saran Jung San
Woo.
“Ahjussi,
Aku sudah ramah kepada beberapa orang.” Sahut Sunggyu sambil tersenyum.
“Apakah
aku dan Kim Myungsoo dapat disebut beberapa?” Jelas Jung San Woo yang mendapat
angkatan bahu dari Sunggyu.
“Ada
beberapa dokumen yang harus kau tanda tangani. Besok pagi ada rapat untuk
membahas saham kita di jeju.” Jung San Woo menaruh beberapa kontrak di meja.
“Hyung,
kau membuat pegawai menangis lagi?” Tanya Myungsoo.
“Sekretaris
baru.” Jelas Jung San Woo tanpa mengalihkan tatapan dari meja Sunggyu.
“Wae?”
Tanya Myungsoo mendekati meja.
“Ahjussi,
tolong ambil berkas yang sudah aku tanda tangani.” Perintah Sunggyu masih
menekuni berkas yang lain.
Dengan
patuh Jung San Woo merendahkan badannya untuk mengambil beberapa map. Seketika
itu, Sunggyu menahan punggung Jung San Woo sehingga ia tetap pada posisinya.
“Lihat
posisi ini. Jika kau perempuan, aku akan melihat sesuatu yang seharusnya tidak
kulihat. Maka dari itu aku menyuruhnya mengganti baju kurang bahan itu. Tapi
kemudian ia masuk dengan ekspresi hampir menangis. Memangnya aku biro curhat
menerima orang dengan ekspresi buruk seperti itu.” Setelah itu Sunggyu baru
melepas Sekretaris Jung yang mulai merasakan punggungnya kesemutan.
“Pada
dasarnya kau lelaki jahat. Aku akan membantunya menenangkan diri.” Myungsoo
segera berlari keluar ruangan penuh semangat.
Telepon
bordering di ruangan kedap suara tersebut. Setelah tau nama yang tertulis di
layar, Jung San Woo segera keluar dari ruangan. Dengan senyum merekah, Sunggyu
mengangkat teleponnya.
“Eoh,
Nuna?”
“Bisakah kau mengantarku ke salon besok pagi?”
Tanya Seung Yeon di seberang sana.
“Tentu
saja.” Jawab Sunggyu kemudian, sebelum Seung Yeon mematikan sambungan.
Pagi
itu setelah memohon dengan sisa-sisa ketulusannya kepada Jung San Woo untuk
menunda rapat, akhirnya Sunggyu dapat menyusuri sepanjang jalanan Seoul untuk
mengantar Seung Yeon ke salon. Seung Yeon yang hanya mengenakan short dress
putih tulang itu membuat hati Sunggyu berbunga-bunga.
“Bukannya
kau sudah pergi ke salon kemarin?” Tanya Sunggyu.
“Ajjik.
Kyuhyun mengajakku ke tempat lain. Ia berjanji untuk mengantarku hari ini,
tetapi sepertinya jadwalnya berubah. Wae? Apa aku mengganggumu di hari Sabtu?”
Seung Yeon terus memandangi ponselnya.
“Ani..”
Jawab Sunggyu cepat.
“Jinjja?
Apa kau tak ingin pergi ke suatu tempat dengan Sakyung? Hari ini hari libur
kan?” Tanya Seung Yeon.
“Ani.
Dia pergi dengan Myungsoo.” Perubahan yang signifikan terlihat di wajah
Sunggyu. Ia agak khawatir dengan hubungan adik dan juniornya itu.
“Ahh..
Kapan mereka berpacaran? Mereka sudah saling mengenal cukup lama.” Seung Yeon
sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari chat room ponselnya dengan Cho
Kyuhyun.
“Molla.”
Jawab Sunggyu singkat karena ponselnya mulai bordering di dashbor mobilnya.
“Wae?”
Ucap Sunggyu dari headsetnya.
“Kakak ipar, apa yang kau lakukan?” Tanya
Myungsoo di seberang sana.
“Aku
sedang pergi bersama Seung Yeon Nuna. Kakak ipar pantatku!!” Sunggyu mengumpat.
“Oppa, wae? Kau harus lebih menjaga sikap
dengan pacar adikmu.” Suara Sakyung terdengar berteriak dari kejauhan.
“Mwo?
Kami baru saja membicarakan hubungan kalian. Hya!! Myungsoo, apa yang kau
ucapkan sehingga adikku mau bersamamu?” Tanya Sunggyu sambil tersenyum tipis.
“Itu rahasia. Aku hanya harus menemukan
keberanianku. Kau juga harus melakukannya, Hyung. Ingat apa yang aku katakan
tentang lelaki lain dan wanitamu? Temukan keberanianmu sebelum Han Seung Yeon
dimiliki orang lain!” Myungsoo memberi saran panjang lebar.
“Berhenti
mengguruiku! Kalau kau meneleponku hanya untuk membual soal hubungan kalian,
aku tutup sekarang.” Ancam Sunggyu.
“Ania… Kami akan makan malam di luar dan
Sakyung menyuruhku untuk menghubungimu terlebih dahulu.” Jelas Myungsoo
dengan cepat sebelum Sunggyu menutup teleponnya.
“Araseo.
Aku tutup sekarang. Bersenang-senanglah!” Segera Sunggyu memutuskan sambungan
dan langsung mendengar pernyataan dari Seung Yeon.
“Apa
mereka sudah mulai berpacaran? Wahh.. apakah aku juga harus mulai berpacaran?”
Ucap Seung Yeon.
“Haruskah?”
Jawab Sunggyu berkelakar.
“Kau
bisa menurunkanku di sini dan memarkirkan mobilmu. Aku masuk terlebih dahulu.”
Ujar Seung Yeon sambil membuka pintu mobil bahkan sebelum Sunggyu sempat
membuka mulutnya.
“Nuna,
bagaimana jika kau memulainya denganku?” Ucap Sunggyu kepada bekas udara Seung
Yeon ketika gadis itu telah keluar dari mobilnya melewati pintu kaca salon.
Hari
itu cukup panjang bagi Sunggyu. Namun segala rasa bosannya menunggu Seung Yeon
segera terbalas ketika Seung Yeon menawarkan diri untuk menemani Sunggyu makan
malam. Ia bahkan sempat berlari ke toko perhiasan terdekat untuk membeli sebuah
cincin berlian yang terlihat mewah dan mahal seperti selera Seung Yeon. Sunggyu
menyimpannya baik-baik di dalam dashbor mobilnya. Ia berniat mengutarakan
perasaannya malam ini ketika mereka berdua makan malam.
Rencana
yang telah dipersiapkan Sunggyu secara instan namun terencana sempurna itu
sia-sia ketika dengan mimik wajah kecewa yang dibuat-buat oleh Seung Yeon
muncul dari balik pintu salon. Mata gadis itu memancarkan kebahagiaan yang
membuat Sunggyu tak bisa fokus pada ekspresi yang dibuat-buat itu.
“Sunggyu-ya,
mianhae. Sepertinya aku tak bisa pergi makan malam denganmu. Kyuhyun sudah
memesankan tempat untuk kami berdua.” Ucap Seung Yeon.
“Ah..
Gwencana. Kita bisa melakukannya besok.” Ucap Sunggyu sambil menyembunyikan
kekecewaannya.
“Baiklah.
Kau bisa pergi sekarang. Lima menit lagi Kyuhyun akan sampai.” Balas Seung Yeon
santai.
“Araseo.
Berhati-hatilah.” Sunggyu melambai sesaat lalu segera menuju mobilnya.
“Aku
memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan lamaranku.” Ucap Sunggyu pada
dirinya sendiri di mobil yang tengah melaju kencang itu.
Keesokan
paginya, Hari Minggu pukul 10.00 a.m, Sunggyu tengah berada di sebuah butik
untuk mencari sepasang pakaian yang akan ia gunakan malam ini. Ia berencana
melamar Seung Yeon di sebuah restoran rooftop sederhana yang disulap menjadi
tempat mewah berkelas yang sangat elegan. Di sana hanya akan ada Sunggyu,
adiknya, sahabat terdekatnya, dan gadis yang dikasihinya selama beberapa tahun
lamanya. Oleh karena itu, ia tak ingin terlihat biasa saja malam ini. Dengan
tangan yang nyaris gemetar, ia menunggu baju terbaik dari pegawai sambil
menelepon Seung Yeon.
“Wae?” Tanya Seung Yeon.
“Nuna,
hari ini aku akan mengadakan pesta perayaan untuk pasangan baru.” Aku Sunggyu.
“Pasangan baru? Ahh.. mereka? Baiklah,
dimana?” Tanya Seung Yeon berpikir bahwa pasangan baru yang dimaksud adalah
Myungsoo dan Sakyung.
“Aku
akan mengirim tempat dan waktunya kepadamu. Kumohon berdandanlah yang cantik.
Jangan mengecewakan seseorang.” Setelah itu Sunggyu segera mematikan sambungan
dan mengirimkan alamat beserta waktu yang telah ia janjikan.
Jam
tangan Sunggyu telah menunjukkan pukul 08.00 p.m. menandakan Han Seung Yeon
akan sampai di venue kurang lebih 15 menit lagi seperti kebiasaannya selama
ini. Ia akan sampai di venue 15 menit sebelum waktu yang tercantum di undangan.
Sekali lagi Sunggyu memandang sekeliling, sebuah meja dan sepasang kursi cantik
berada di tengah venue. Myungsoo dengan pianonya dan Sakyung dengan
microphone-nya telah siap di ujung ruangan.
14
menit telah terlewati, saat itu pula pintu terbuka dan seorang gadis
melewatinya. Musik mulai mengalun, perlahan Sunggyu berjalan menuju wanita itu
sambil membawa kotak beludru berisi cincin yang sangat mahal. Setelah sampai di
spot yang tepat, Sunggyu segera membuka kotak tersebut sambil berucap.
“Nuna,
aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita berjumpa. Tapi sekarang aku sudah
kehilangan rasa sukaku yang dulu. Sekarang aku mulai menemukan rasa yang baru.
Aku mencintaimu. Will you marry me?” Jantung Sunggyu berdetak tak beraturan.
“Em..
Sunggyu, mianhae.. geunde..” Perkataannya Seung Yeon terpotong oleh sebuah
suara lain dari bawah.
“Chagia,
kenapa kau tak masuk?” Tak lama kemudian pemilik suara mulai muncul ke hadapan
Sunggyu.
“Apa
yang kau lakukan?” Tanpa banyak berpikir, Kyuhyun segera melayangkan tinjunya
ke wajah orang yang menurutnya mengganggu kekasihnya.
“Kyuhyun-ah!
Geumanhae!” Suara mendadak hening. Musik tak lagi diputar. Semua orang menahan
napas. Bahkan anginpun tak berani berhembus di tempat itu.
Segera
Seung Yeon meminta maaf dan menarik Kyuhyun turun untuk meninggalkan tempat
itu. Myungsoo dan Sakyung berlari menuju Sunggyu yang masih terduduk di lantai
tanpa mengubah posisinya sejak terjatuh oleh Kyuhyun tadi. Matanya menatap
kosong ke depan, ke sisa-sisa wajah Seung Yeon di tengah pintu. Ia sangat
terkejut bahkan sangat amat kecewa.
Apakah
hanya seperti ini cintanya berakhir? Inikah yang sebenarnya? Apakah ini nyata?
Sesaat ia berharap bahwa ini adalah mimpi buruk yang akan segera menghilang
ketika ia membuka mata dan melihat Seung Yeon terlelap di pelukannya di pagi
hari. Namun semua itu salah. Sunggyu bahkan tak tahu yang mana imajinasi dan
yang mana kenyataan. Ia bahkan tak tahu akankah semua masih sama seperti
biasanya esok ketika ia benar-benar terbangun.
~The End~
Learn How to Play Baccarat With Free Baccarat
BalasHapusIf 메리트카지노 you're trying to play for free, william hill How to Play Baccarat: Learn How to Play Baccarat. Baccarat Rules. 바카라사이트 Learn How To Play Baccarat