Minggu, 23 Juli 2017

FF Indonesia : Bad Chapter 2



BAD
Author : Shin Yoon Ah
Cover : SalzaKim Art
Lenght : Chapter
Genre : Romance
Cast : Kim Sunggyu (Infinite), Han Seung Yeon (KARA), Cho Kyuhyun (Suju)


“Kurasa kau sedikit lebih gemulai dari laki-laki normal.” Ucap Myungsoo tajam.
“Myungsoo-ya, apa yang kau katakan? Sungjong juga lelaki normal, lihat saja motornya! Benarkan, Sungjong-ah?” Sunggyu memandang Sungjong dengan tatapan meminta maaf.
“Tentu saja. Mungkin aku terbiasa seperti ini karena aku seorang dancer.” Sungjong memberikan beberapa penekanan kata.
Merasa telah menang, Sungjong segera berpamitan sebelum ide merendahkan yang lain muncul di dalam otak lelaki bernama Myungsoo itu. Myungsoo tak henti-hentinya memandang motor hitam itu hingga ditelan kegelapan di ujung tikungan. Ia bahkan menutup telinganya dari omelan Sunggyu yang tiada hentinya.
“Hyung!!!” Teriak Myungsoo tiba-tiba.
“Wae?” Sunggyu terkejut.
“Kenapa kau tak memarahinya? Dia baru saja dari dalam, aku yakin dia baru saja mengantar Sakyung. Kenapa kau tak memarahinya? Apa kau yakin dia tidak melakukan apapun?” Myungsoo menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.
“Pulanglah! Aku tak akan menoleransi jika kau terlambat menjemput adikku.” Ucap Sunggyu dengan wajah lelah dan meninggalkan Myungsoo yang segera berlari ke mobil.
Keesokan harinya Sunggyu sengaja berangkat bekerja ketika Sakyung masih bersenandung di kamar mandi. Ia sengaja berangkat pagi untuk menghindari berdesakkan di kereta bawah tanah. Segera setelah ia sampai di stasiun bawah tanah, Sunggyu mengirim pesan kepada Sakyung agar menyiapkan sarapan untuk Myungsoo.
Sunggyu  : Aku ada rapat pagi. Myungsoo akan mengantarmu ke sekolah. Siapkan sarapan untuknya juga.
Skyung   : Jinjja? Araseo.
Sunggyu  : Jangan berpikir untuk mempertemukan Myungsoo dan Sungjong.
Skyung   : Araseo!!!!!!
Pikiran Sunggyu melayang membayangkan bagaimana jadinya jika kedua hobaenya dipertemukan di meja makan di dapurnya. Yang akan terjadi mungkin adalah adu tatapan mata yang sama sekali tidak disadari oleh gadis pecinta makanan, Sakyung.
Myungsoo mengenakan jas terbaiknya pagi itu. Ia turun dari mobil dengan percaya diri dan segera menuju lift. Setelah menekan angka 6 ia tak lantas diam di lift kosong itu. tubuhnya terus bergoyang-goyang ke depan dan ke belakang sambil memandangi kotak berwarna merah jambu di tangannya. Bukan hanya karena dingin tapi ia juga merasa tidak sabar untuk melihat ekspresi Sakyung ketika melihat benda yang saat ini digenggamnya.
“Oppa, apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Sakyung setelah membukakan pintu untuk tamunya.
“Aku menjemputmu. Kudengar Sunggyu Hyung berangkat agak pagi hari ini. Jadi kupikir kau membutuhkanku untuk mengantarmu.” Jawar Myungsoo mantap.
“Ohh… Kebetulan sekali aku baru saja membuat sarapan. Ayo sarapan bersama!” Sakyung menggandeng lengan Myungsoo.
“Ahh… Tunggu! Aku membawakan sesuatu untukmu. Bukalah!” Myungsoo menyodorkan bawaannya kepada Sakyung.
“Uwahh… Bagaimana kau tau aku menginginkan ini? Gomawo, Oppa.” Sakyung memeluk Myungsoo seketika.
Lamunan Myungsoo terhenti ketika mendengar suara dentingan lift menandakan ia telah sampai di lantai tujuannya. Ia segera keluar dari kotak sempit itu dan menuju pintu di ujung lorong. Myungsoo masih sempat membenahi jasnya sebelum menekan bel di depannya. Tak lama setelah memencet bel itu, seorang gadis dengan seragam sekolah membukakan pintu untuknya.
“Oh Oppa, waseo? Masuklah!” Sakyung hanya membukakan pintu kemudian berlari menuju kompornya yang masih menyala.
“Hya! Kenapa kau selalu meninggalkan kompor menyala? Kau kan bisa mematikannya dulu.” Ucap Myungsoo seketika setelah melihat kecerobohan Sakyung.
“Aku tak ingin menunggu alat masakku panas lagi.” Jawab Sakyung singkat.
“Kyung-ie, aku membawa sesuatu untukmu. Bukalah!” Myungsoo menyodorkan barang bawaannya lebih dekat ke arah Sakyung yang saat ini telah duduk di seberang meja, di depannya.
“Uwahh... Apa Sunggyu Oppa yang memberitahumu?” Tanya Sakyung excited.
“Kau suka?” Myungsoo telah bersiap merentangkan tangannya.
“Eoh. Gomawo.” Sakyung mengenakan jam tangan tersebut dan meletakkan bungkusnya di meja dapur.
“Hanya seperti itu?” Tanya Myungsoo kecewa.
“Eoh. Sungjong Oppa juga baru saja membelikanku lightstick model terbaru.” Jawab Sakyung singkat.
“MWO?!!!!”
Di kantor, Sunggyu mulai berkutat dengan pekerjaannya. Ia baru kembali ke dunia nyata ketika Myungsoo membanting pintu ruangannya. Seketika wajah mereka bertemu. Tatapan exiting dari Sunggyu dibalas tatapan lesu dari Myungsoo.
“Wae?” Sunggyu penasaran.
“Bisakah kau melarang Sungjong berhubungan dengan Sakyung lagi?” Myungsoo masih bersama wajah lesunya.
“Wae?”
“Namja bodoh itu memberikan barang yang lebih diinginkan Sakyung daripada jam tangan kecil itu.” Myungsoo merengek.
“Huhh… Dasar anak kecil. Kalau kau menyukainya kenapa tak bilang?” Sunggyu kembali berkutat dengan kertas-kertasnya.
“Kau sendiri menyukai Han Seung Yeon kan? Memangnya kau sudah menyatakan perasaanmu?!” Myungsoo membalik kata-kata Sunggyu dan suasana hening sejenak.
“Hya!!! Apa katamu? Naga! Nagaragu!” Sunggyu berdiri dan mendorong Myungsoo keluar dari kantornya.
“Nyatakan cintamu, Hyung! Model itu pilihan yang baik untuk semua lelaki.” Teriak Myungsoo dari lorong membuat Sunggyu geram.
Sunggyu melangkah menuju meja kerjanya sambil tersenyum kecil. Tingkah hobaenya itu selalu menjadi pengobat lelah baginya selama di kantor. Sesaat ia memikirkan perkataan Myungsoo. Gadis yang ia cintai adalah seorang model. Bukan tidak mungkin bagi lelaki lain untuk mengincarnya. Apalagi photographer yang pernah dilihatnya, Cho Kyuhyun. Memikirkan itu membuat Sunggyu mau tak mau mengambil ponselnya dan menghubungi gadis pujaannya itu.
Eoh, Sunggyu-ya.” Suara halus di seberang sana membuat jantung Sunggyu berdebar dua kali lebih cepat.
“Apa kau sedang sibuk?” Tanya Sunggyu.
Aku sedang bersiap ke salon.” Terdengar gemeletak barang dari sisi Seung Yeon.
“Aku akan mengantarmu.” Sunggyu segera berdiri menyambar jasnya.
Ania… Aku pergi bersama Kyuhyun. Hari ini ia libur, jadi kami memutuskan untuk berjalan-jalan.” Sahut Seung Yeon ringan.
“Nuna, apakah Cho Kyuhyun itu…” Belum sempat Sunggyu menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara berdebum di seberang sana.
“Nuna? Apa yang terjadi? Nuna?” Perasaan panik melanda Sunggyu.
Ah.. maafkan aku. Apa yang ingin kau katakan tadi?” Seung Yeon berucap setelah beberapa menit kemudian.
“Apa yang terjadi?” Sunggyu masih terdengar panik.
Aku baru saja menabrak kotak buku.” Tawa manis berderai.
Aku baru sadar ternyata apartemenku sangat berantakan.” Lanjut Seung Yeon.
“Apa kau terluka?” Sunggyu tersenyum sekilas.
Ani. Hanya goresan kecil. Sepertinya Kyuhyun sudah sampai. Emm…Sunggyu-ya, apa aku bisa meminta bantuanmu?” Ucap Seung Yeon kemudian.
“Aku akan meminta seseorang merapikan apartemenmu. Hati-hati di jalan.” Sunggyu segera menuju apartemen Seung Yeon sembari memesan jasa membersihkan rumah.
Apartemen yang cukup luas itu terlihat seperti kandang beruang ketika Sunggyu masuk. Ia segera berkeliling ruangan untuk mengumpulkan pakaian kotor milik Seung Yeon yang kemungkinan juga berserakan seperti barang-barang lainnya. Ia tak ingin petugas kebersihan yang kemungkinan besar berisi beberapa laki-laki melihat pakaian model terkenal tersebut.
Sekitar dua puluh menit setelah kedatangan Sunggyu, para petugas kebersihan yang dipesan Sunggyu sampai di apartemen itu. Mereka terdiri dari 3 wanita dan 2 pria. Dalam hati Sunggyu bersyukur karena ia telah berhasil membereskan kekacauan yang terjadi atas pakaian-pakaian Seung Yeon. Proses pembersihan itu berlangsung sekitar 3 jam. Hal ini dikarenakan bukan hanya barang-barang ringan yang harus mereka bereskan, barang besar seperti sofa dan meja makan telah berpindah tempat setidaknya satu setengah meter dari posisi seharusnya.
Sunggyu baru kembali ke kantor pukul 2 p.m. setelah ia singgah di binatu. Pekerjaannya masih menumpuk di meja kerjanya tidak berubah posisi ataupun bertambah sedikitpun. Sunggyu menghembuskan napas lega. Namun baru lima menit ia duduk di kursi kebanggaannya, sekretarisnya yang cukup manis itu memasuki ruangan dengan rok hitam 15 cm di atas lutut dan kemeja putih polos yang memperjelas lekuk tubuhnya dengan satu kancingnya terbuka memasuki ruangan Sunggyu.
“Berhenti di sana!” Perintah Sunggyu seketika.
“Wae-yo?” Tanya gadis itu.
“Aku mengingat dengan jelas bahwa aku sudah memberitahumu untuk tidak menggunakan baju seperti itu saat bekerja. Tidak ada jaminan bahwa adikku tak akan datang ke kantorku. Dan lagi tempat ini bukan peragaan busana. Aku tak ingin menerima laporan darimu jika kau masih menggunakan baju kurang sopan seperti itu. Keluar dan ganti bajumu! Lepas juga kacamatamu. Aku tau matamu normal.” Ucap Sunggyu tanpa memalingkan wajahnya dari pekerjaan di mejanya dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dengan sekretaris magangnya itu.
“Atau kau bisa menyuruh Sekretaris Jung menyampaikan laporan itu.” Potong Sunggyu ketika Sekretaris Yang membuka mulut untuk menolak. Ia tahu Sekretaris kepercayaannya, Jung San Woo merupakan senior yang cukup galak.
“Ne, Direktur.” Gadis itu segera berjalan mundur keluar ruangan dengan ekspresi wajah sebal.
Tak lama gadis yang sama memasuki ruangan Sunggyu yang hangat dengan mantel pink selutut yang menutupi badannya hingga leher dengan rapat. Di wajahnya terlihat jelas bahwa ia menyembunyikan rasa sebal dan hampir menangis. Semua orang di kantor tau Sunggyu bukan atasan yang ramah. Tetapi baru kali ini ia tau bagaimana rasanya menghadapi atasannya.
“Keluar!” Sunggyu berucap tanpa mengalihkan wajahnya dari meja.
“Kenapa lagi?” Gadis itu hampir menangis.
“Aku tak mau menerima laporan dari orang dengan mood yang buruk.” Jawab Sunggyu singkat.
Tanpa berkata apapun, gadis itu segera keluar dari ruangan itu. Sunggyu bahkan tak tertarik dengan gadis kekanakan seperti itu, untuk apa ia berusaha menarik perhatiannya. Lima menit kemudian, seorang lelaki seusia ayah Sunggyu memasuki ruangan membawa berkas yang awalnya dibawa Yang Min Sook. Lelaki yang masih sangat gagah itu menuju meja Sunggyu dan membungkuk ringan.
“Apa dia berani menyuruhmu?” Tanya Sunggyu.
“Sunggyu-sshi, sepertinya kau harus memperbaiki sikapmu kepada para pegawai.” Saran Jung San Woo.
“Ahjussi, Aku sudah ramah kepada beberapa orang.” Sahut Sunggyu sambil tersenyum.
“Apakah aku dan Kim Myungsoo dapat disebut beberapa?” Jelas Jung San Woo yang mendapat angkatan bahu dari Sunggyu.
“Ada beberapa dokumen yang harus kau tanda tangani. Besok pagi ada rapat untuk membahas saham kita di jeju.” Jung San Woo menaruh beberapa kontrak di meja.
“Hyung, kau membuat pegawai menangis lagi?” Tanya Myungsoo.
“Sekretaris baru.” Jelas Jung San Woo tanpa mengalihkan tatapan dari meja Sunggyu.
“Wae?” Tanya Myungsoo mendekati meja.
“Ahjussi, tolong ambil berkas yang sudah aku tanda tangani.” Perintah Sunggyu masih menekuni berkas yang lain.
Dengan patuh Jung San Woo merendahkan badannya untuk mengambil beberapa map. Seketika itu, Sunggyu menahan punggung Jung San Woo sehingga ia tetap pada posisinya.
“Lihat posisi ini. Jika kau perempuan, aku akan melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat. Maka dari itu aku menyuruhnya mengganti baju kurang bahan itu. Tapi kemudian ia masuk dengan ekspresi hampir menangis. Memangnya aku biro curhat menerima orang dengan ekspresi buruk seperti itu.” Setelah itu Sunggyu baru melepas Sekretaris Jung yang mulai merasakan punggungnya kesemutan.
“Pada dasarnya kau lelaki jahat. Aku akan membantunya menenangkan diri.” Myungsoo segera berlari keluar ruangan penuh semangat.
Telepon bordering di ruangan kedap suara tersebut. Setelah tau nama yang tertulis di layar, Jung San Woo segera keluar dari ruangan. Dengan senyum merekah, Sunggyu mengangkat teleponnya.
“Eoh, Nuna?”
Bisakah kau mengantarku ke salon besok pagi?” Tanya Seung Yeon di seberang sana.
“Tentu saja.” Jawab Sunggyu kemudian, sebelum Seung Yeon mematikan sambungan.
Pagi itu setelah memohon dengan sisa-sisa ketulusannya kepada Jung San Woo untuk menunda rapat, akhirnya Sunggyu dapat menyusuri sepanjang jalanan Seoul untuk mengantar Seung Yeon ke salon. Seung Yeon yang hanya mengenakan short dress putih tulang itu membuat hati Sunggyu berbunga-bunga.
“Bukannya kau sudah pergi ke salon kemarin?” Tanya Sunggyu.
“Ajjik. Kyuhyun mengajakku ke tempat lain. Ia berjanji untuk mengantarku hari ini, tetapi sepertinya jadwalnya berubah. Wae? Apa aku mengganggumu di hari Sabtu?” Seung Yeon terus memandangi ponselnya.
“Ani..” Jawab Sunggyu cepat.
“Jinjja? Apa kau tak ingin pergi ke suatu tempat dengan Sakyung? Hari ini hari libur kan?” Tanya Seung Yeon.
“Ani. Dia pergi dengan Myungsoo.” Perubahan yang signifikan terlihat di wajah Sunggyu. Ia agak khawatir dengan hubungan adik dan juniornya itu.
“Ahh.. Kapan mereka berpacaran? Mereka sudah saling mengenal cukup lama.” Seung Yeon sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari chat room ponselnya dengan Cho Kyuhyun.
“Molla.” Jawab Sunggyu singkat karena ponselnya mulai bordering di dashbor mobilnya.
“Wae?” Ucap Sunggyu dari headsetnya.
Kakak ipar, apa yang kau lakukan?” Tanya Myungsoo di seberang sana.
“Aku sedang pergi bersama Seung Yeon Nuna. Kakak ipar pantatku!!” Sunggyu mengumpat.
Oppa, wae? Kau harus lebih menjaga sikap dengan pacar adikmu.” Suara Sakyung terdengar berteriak dari kejauhan.
“Mwo? Kami baru saja membicarakan hubungan kalian. Hya!! Myungsoo, apa yang kau ucapkan sehingga adikku mau bersamamu?” Tanya Sunggyu sambil tersenyum tipis.
Itu rahasia. Aku hanya harus menemukan keberanianku. Kau juga harus melakukannya, Hyung. Ingat apa yang aku katakan tentang lelaki lain dan wanitamu? Temukan keberanianmu sebelum Han Seung Yeon dimiliki orang lain!” Myungsoo memberi saran panjang lebar.
“Berhenti mengguruiku! Kalau kau meneleponku hanya untuk membual soal hubungan kalian, aku tutup sekarang.” Ancam Sunggyu.
Ania… Kami akan makan malam di luar dan Sakyung menyuruhku untuk menghubungimu terlebih dahulu.” Jelas Myungsoo dengan cepat sebelum Sunggyu menutup teleponnya.
“Araseo. Aku tutup sekarang. Bersenang-senanglah!” Segera Sunggyu memutuskan sambungan dan langsung mendengar pernyataan dari Seung Yeon.
“Apa mereka sudah mulai berpacaran? Wahh.. apakah aku juga harus mulai berpacaran?” Ucap Seung Yeon.
“Haruskah?” Jawab Sunggyu berkelakar.
“Kau bisa menurunkanku di sini dan memarkirkan mobilmu. Aku masuk terlebih dahulu.” Ujar Seung Yeon sambil membuka pintu mobil bahkan sebelum Sunggyu sempat membuka mulutnya.
“Nuna, bagaimana jika kau memulainya denganku?” Ucap Sunggyu kepada bekas udara Seung Yeon ketika gadis itu telah keluar dari mobilnya melewati pintu kaca salon.
Hari itu cukup panjang bagi Sunggyu. Namun segala rasa bosannya menunggu Seung Yeon segera terbalas ketika Seung Yeon menawarkan diri untuk menemani Sunggyu makan malam. Ia bahkan sempat berlari ke toko perhiasan terdekat untuk membeli sebuah cincin berlian yang terlihat mewah dan mahal seperti selera Seung Yeon. Sunggyu menyimpannya baik-baik di dalam dashbor mobilnya. Ia berniat mengutarakan perasaannya malam ini ketika mereka berdua makan malam.
Rencana yang telah dipersiapkan Sunggyu secara instan namun terencana sempurna itu sia-sia ketika dengan mimik wajah kecewa yang dibuat-buat oleh Seung Yeon muncul dari balik pintu salon. Mata gadis itu memancarkan kebahagiaan yang membuat Sunggyu tak bisa fokus pada ekspresi yang dibuat-buat itu.
“Sunggyu-ya, mianhae. Sepertinya aku tak bisa pergi makan malam denganmu. Kyuhyun sudah memesankan tempat untuk kami berdua.” Ucap Seung Yeon.
“Ah.. Gwencana. Kita bisa melakukannya besok.” Ucap Sunggyu sambil menyembunyikan kekecewaannya.
“Baiklah. Kau bisa pergi sekarang. Lima menit lagi Kyuhyun akan sampai.” Balas Seung Yeon santai.
“Araseo. Berhati-hatilah.” Sunggyu melambai sesaat lalu segera menuju mobilnya.
“Aku memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan lamaranku.” Ucap Sunggyu pada dirinya sendiri di mobil yang tengah melaju kencang itu.
Keesokan paginya, Hari Minggu pukul 10.00 a.m, Sunggyu tengah berada di sebuah butik untuk mencari sepasang pakaian yang akan ia gunakan malam ini. Ia berencana melamar Seung Yeon di sebuah restoran rooftop sederhana yang disulap menjadi tempat mewah berkelas yang sangat elegan. Di sana hanya akan ada Sunggyu, adiknya, sahabat terdekatnya, dan gadis yang dikasihinya selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, ia tak ingin terlihat biasa saja malam ini. Dengan tangan yang nyaris gemetar, ia menunggu baju terbaik dari pegawai sambil menelepon Seung Yeon.
Wae?” Tanya Seung Yeon.
“Nuna, hari ini aku akan mengadakan pesta perayaan untuk pasangan baru.” Aku Sunggyu.
Pasangan baru? Ahh.. mereka? Baiklah, dimana?” Tanya Seung Yeon berpikir bahwa pasangan baru yang dimaksud adalah Myungsoo dan Sakyung.
“Aku akan mengirim tempat dan waktunya kepadamu. Kumohon berdandanlah yang cantik. Jangan mengecewakan seseorang.” Setelah itu Sunggyu segera mematikan sambungan dan mengirimkan alamat beserta waktu yang telah ia janjikan.
Jam tangan Sunggyu telah menunjukkan pukul 08.00 p.m. menandakan Han Seung Yeon akan sampai di venue kurang lebih 15 menit lagi seperti kebiasaannya selama ini. Ia akan sampai di venue 15 menit sebelum waktu yang tercantum di undangan. Sekali lagi Sunggyu memandang sekeliling, sebuah meja dan sepasang kursi cantik berada di tengah venue. Myungsoo dengan pianonya dan Sakyung dengan microphone-nya telah siap di ujung ruangan.
14 menit telah terlewati, saat itu pula pintu terbuka dan seorang gadis melewatinya. Musik mulai mengalun, perlahan Sunggyu berjalan menuju wanita itu sambil membawa kotak beludru berisi cincin yang sangat mahal. Setelah sampai di spot yang tepat, Sunggyu segera membuka kotak tersebut sambil berucap.
“Nuna, aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita berjumpa. Tapi sekarang aku sudah kehilangan rasa sukaku yang dulu. Sekarang aku mulai menemukan rasa yang baru. Aku mencintaimu. Will you marry me?” Jantung Sunggyu berdetak tak beraturan.
“Em.. Sunggyu, mianhae.. geunde..” Perkataannya Seung Yeon terpotong oleh sebuah suara lain dari bawah.
“Chagia, kenapa kau tak masuk?” Tak lama kemudian pemilik suara mulai muncul ke hadapan Sunggyu.
“Apa yang kau lakukan?” Tanpa banyak berpikir, Kyuhyun segera melayangkan tinjunya ke wajah orang yang menurutnya mengganggu kekasihnya.
“Kyuhyun-ah! Geumanhae!” Suara mendadak hening. Musik tak lagi diputar. Semua orang menahan napas. Bahkan anginpun tak berani berhembus di tempat itu.
Segera Seung Yeon meminta maaf dan menarik Kyuhyun turun untuk meninggalkan tempat itu. Myungsoo dan Sakyung berlari menuju Sunggyu yang masih terduduk di lantai tanpa mengubah posisinya sejak terjatuh oleh Kyuhyun tadi. Matanya menatap kosong ke depan, ke sisa-sisa wajah Seung Yeon di tengah pintu. Ia sangat terkejut bahkan sangat amat kecewa.
Apakah hanya seperti ini cintanya berakhir? Inikah yang sebenarnya? Apakah ini nyata? Sesaat ia berharap bahwa ini adalah mimpi buruk yang akan segera menghilang ketika ia membuka mata dan melihat Seung Yeon terlelap di pelukannya di pagi hari. Namun semua itu salah. Sunggyu bahkan tak tahu yang mana imajinasi dan yang mana kenyataan. Ia bahkan tak tahu akankah semua masih sama seperti biasanya esok ketika ia benar-benar terbangun.

~The End~

1 komentar:

  1. Learn How to Play Baccarat With Free Baccarat
    If 메리트카지노 you're trying to play for free, william hill How to Play Baccarat: Learn How to Play Baccarat. Baccarat Rules. 바카라사이트 Learn How To Play Baccarat

    BalasHapus