Because I Love You
Author : Shin Yoon Ah
Lenght : Chapter
Genre : Romance, Friendship
Cast : Kim Jongin, Krystal, Choi Seung Hyun
“Krystal-ah,
buka pintunya!” Terdengar teriakan berat seorang namja yang sangat dikenal Krystal.
Sahabatnya selama bertahun-tahun, Kim Jong In.
“Jongin-ah,
apa yang kau lakukan sepagi ini?” Krystal membuka pintu dan namja manis itu
masuk ke rumahnya tanpa permisi, sebenarnya itu bukan rumah karena hanya
terdiri dari kamar, dapur, dan kamar mandi.
“Hya!!
Siapa yang menyuruhmu masuk?!” Teriak Krystal di belakang tubuh Kai.
“Biarkan
aku disini sampai nanti siang!” Ucap Jongin sambil merebahkan badan di
satu-satunya ranjang di tempat itu.
“Kau
melarikan diri lagi?” Krystal berkacak pinggang. “Oh Tuhan, kau hanya perlu
masuk ke ruang ujian dan mengerjakan soal.”
“Diamlah!”
Jongin memejamkan mata.
“Kalau
kau malas menggunakan otakmu, setidaknya kau bisa berpura-pura mengerjakan
soalnya. Yang terpenting adalah kau masuk ke ruang ujian.” Krystal duduk di
samping Jongin.
“Dan
Aboji akan mengira aku bodoh.”
“Kau
bisa bilang bahwa setidaknya kau sudah mencoba yang terbaik.” Krystal
mengibaskan tangannya.
“Tak
semudah itu.” Jongin yang sempat membuka mata menggeleng dan menutup matanya
lagi.
“Wae?
Kau kan pintar mengelak. Selama ini kau mengelak dari ujian yang sudah kau
lewatkan lebih dari satu bulan. Jika kau tidak lulus pun Abojimu akan
membantumu lulus. Kau harus meneruskan perusahaan Abojimu!” Krystal bicara
panjang lebar.
“Sudah
selesai?” Jongin duduk di depan Krystal. “Jika nilaiku buruk media akan segera
tau bahwa putra tunggal dari pengusaha nomor satu di Korea memiliki otak
keledai. Aboji akan sangat malu dan kemudian mengirimku ke luar negeri. Mungkin
Inggris atau USA untuk sekolah. Lalu kau akan kehilangan semua tunjangan dariku
seperti yang kulakukan selama ini. Kau mau kehilangan kesempatan melanjutkan
kuliah?”
“Sireo!!
Tapi bagaimana dengan masa depanmu? Seharusnya kau sudah mulai magang
sekarang.”
“Aku
akan tetap dipenuhi uang meskipun aku tak bekerja.” Jongin kembali merebahkan
tubuhnya.
“Apa
bagusnya jika itu bukan uangmu sendiri. Kau benar-benar bukan tipe idealku.
Lelaki sejati mencari uang bukan meminta uang. Lagipula…”
“Aku
sudah tertidur. Aku tak mendengarmu.” Suara Jongin terdengar diantara suara Krystal
yang sama sekali tak mengacuhkan Jongin dan tetap berbicara.
Krystal
hampir terlambat menghadiri mata kuliahnya karena ia terlalu sibuk menceramahi
Jongin yang sudah kebal dengan omelan. Setelah berlari setengah matai karena
Jongin menolak mengantar Krystal dengan mobil barunya, akhirnya Krystal tiba di
kelasnya. Beberapa saat kemudian nenek sihir bersanggul pengampu mata kuliahnya
memasuki ruangan. Napas lega berhembus dari rongga pernapasan Krystal. Hanya
saja sejak memasuki ruang kelas tadi Ksristal merasa agak aneh. Ia merasa
diperhatikan oleh seseorang. Krystal berusaha memfokuskan diri pada mata
kuliahnya meskipun perasaan aneh itu selalu menjalarinya.
Krystal
berlari menuju kampus karena Jongin menolak mengantarkannya. Dan sekarang saat
ia berharap sahabat dekatnya itu mau menjemputnya, harapannya runtuh untuk
kedua kalinya. Akhirnya dengan kaki yang hampir patah, Krystal berjalan
perlahan menuju rumahnya. Tak lama sebuah mobil berhenti di samping Krystal dan
pengemudinya keluar menyapa Krystal.
“Krystal-sshi?
Kau berjalan lagi?” Lelaki tampan itu melepas kacamata hitamnya.
“Ne.
Nuguseo?” Krystal merapatkan cardigannya.
“Oh..Annyeong.
Seung Hyun imnida. Choi Seung Hyun. Aku di kelas yang sama denganmu tadi. Hanya
saja aku semester akhir.” Namja itu mengulurkan tangan berototnya.
“Ne,
Krystal imnida.” Krystal membungkuk tetapi tidak menyambut tangan Seung Hyun.
Dengan canggung Seung Hyun menarik tangannya kembali.
“Eum,
kau berjalan kaki? Apa kau tak lelah?” Seung Hyun kembali ke tujuan awalnya
untuk mengantar Krystal.
“Waeyo?”
Krystal masih tetap menjaga jarak.
“Ku
lihat tadi kau memasuki ruangan berlari. Apa kau berlari dari rumah?”
“Bagaimana
kau bisa tahu?” Krystal mulai penasaran dengan namja misterius di depannya ini.
“Aku
di kelas yang sama denganmu.” Seung Hyun melebarkan senyumnya yang manis dan
sempat membuat Krystal meleleh.
“Kau
ikut kelas Profesor Baek? Nenek sihir itu? Wahh!! Bagaimana kau bisa terjebak
di sana?” Krystal menggeleng kasihan. Bahkan ia lupa bahwa dirinya sendiri juga
terjebak di kelas itu.
“Yaa..
aku mahasiswa semester akhir yang terjebak di kelas gomo-ku sendiri.” Seung
Hyun mengangkat bahu.
“Omo!!
Mianhae, Sunbae. Jangan adukan aku.” Krystal tersenyum manis.
Seung
Hyun diam mematung melihat Krystal tersenyum. Krystal baru sadar ia mengumbar
senyum bodohnya (kata Jongin) kepada orang yang baru dikenalnya. Suasana hangat
yang sempat tercipta hilang digantikan rasa canggung Krystal.
“Aku
harus pulang. Annyeong-hi gaseyo.” Krystal membungkuk dan segera berbalik.
“Ahh..
Changkamal. Aku ingin mengantarmu.” Akhirnya Seung Hyun berhasil mengungkapkan
keinginannya.
“Anio,
Sunbae. Aku bisa pulang sendiri.”
“Dengan
kaki seperti itu?” Seung Hyun menunjuk bagian belakang kaki Krystal. Tepat pada
luka gores di balik tali heels Krystal.
“Kau
berlari dengan itu? Sudah cukup kau menunjukkan ketangguhanmu pagi ini dengan
berlari menggunakan heels. Aku akan mengantarmu.” Seung Hyun lembut namun
tegas. Ia berusaha membopong Krystal namun yeoja itu menolaknya.
Di
mobil, suasanan menghangat. Krystal beberapa kali tertawa karena ulah Seung
Hyun. Seung Hyun adalah namja pertama yang bisa membuat Krystal membuang sifat
dinginnya pada pertemuan pertama selain Jongin. Pertemuan Krystal dengan Jongin
sangatlah tidak terduga.
*Flashback*
Krystal
duduk di bagian pantai yang sangat sepi. Tempat itu adalah tempat rahasia
Krystal yang biasa ia gunakan untuk menunggu appa-nya pulang melaut. Krystal
juga sering bersembunyi di tempat itu usai dimarahi eomma-nya karena berkelahi
dengan teman sekolahnya. Ia menyukai suasana sendiri di sana karena memang
hanya Krystal yang mengetahui tempat itu.
Kali
ini Krystal juga sendirian. Tapi bukan untuk itu Krystal pergi ke tampat
rahasianya. Tanpa pergi ke sini pun sebenarnya ia sudah sendirian. Mulai hari
ini ia sadar ia akan selalu sendirian. Krystal, gadis muda 17 tahun baru saja
kehilangan kedua orang tua dan harta bendanya karena kebakaran. Krystal hanya
bisa menangis sebanyak mungkin di sana hingga kemudian seseorang berteriak
ketakutan di belakangnya. Krystal menoleh dan tenggorokannya ikut mengeluarkan
teriakan. Mereka berdua berteriak beberapa saat tanpa bergerak sedikitpun,
bahkan berkedip pun tidak.
“Hya!
Gaemanhae! Aku bukan hantu atau monster laut seperti yang mungkin dan pasti
sedang kau pikirkan.” Kata Krystal saat menyadari namja di depannya adalah
manusia.
“Jinjja?
Lalu apa yang kau lakukan di sini?” Namja itu duduk di sebelah Krystal dengan
sedikit ragu.
“Seharusnya
aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di tempat persembunyianku?” Krystal
benar-benar merasa malas meladeni namja di sebelahnya.
“Wahh..
jadi ini markasmu? Benar-benar childish.” Namja itu tersenyum mengejek.
“I
still 17th!! I’m a child!!” Krystal menekankan kata ‘child’ tepat di
depan wajah namja yang kemudian menjelajahkan matanya ke sekujur tubuh Krystal.
“Hya!!
Ahjussi!! Apa yang berusaha kau lihat?!” Krystal menyilangkan tangannya di
depan dada menghindari tatapan yang menghasilkan senyum aneh di wajah namja di
depannya.
“Ahh…”
Namja itu mengangguk beberapa kali, “Aku mulai percaya bahwa kau…’still a
child’. Terlihat sangat jelas.” Namja itu menggerakkan kedua tangan dari bahu
hingga turun ke perutnya.
“Hya!!
Neo! Aku memilikinya!! Hanya belum tumbuh sempurna!!” Krystal bertambah muak
dengan namja itu.
“Omo..Jinjja?”
Namja itu tersenyum aneh.
“Eoh.”
Jawab Krystal sambil mengalihkan tubuhnya membelakangi namja di sebelahnya.
“Berarti
kau cukup tua untuk tidak memanggilku ahjussi. Kau bisa memanggilku Jongin
Oppa. Kim Jong In Oppa.” Jongin mengulurkan tangannya.
“Sireo..
aku masih terlalu muda untuk memanggil namja setua dirimu dengan ‘oppa’.”
Krystal menjulurkan lidahnya.
“Agasshi,
neo ireum?” Jongin terlalu tertarik dengan yeoja di depannya. Ia akan
menggunakan segala cara untuk setidaknya mengetahui nama yeoja itu. Meskipun ia
harus menggunakan salah satu pengetahuan yang ia dapat dari pelajaran sikap di
sekolahnya.
“Krystal
imnida.” Krystal tersenyum. Namja di depannya ternyata jauh lebih terhormat
dari yang ia pikirkan.
“Ternyata
aku harus benar-benar menunjukkan identitasku sebagai orang terhormat untuk
mendapatkan namamu, Krystal-sshi.”
“Terhormat?
Kau? Terhormat seperti apa kau?” Krystal tanpa sadar tersenyum tulus yang menyebabkan
Jongin semakin bersemangat.
“Wahh..
sepertinya kau tak mengenal Kim Woo Hyun. Jika kau mengetahui nama itu, aku
putra tunggalnya.” Jongin tersenyum bangga.
“Kau
penipu. Aku tau Kim Woo Hyun sedang di kota ini untuk membangun sebuah proyek
besar dan memberikan beasiswa untuk beberapa siswa. Jika kau putranya
seharusnya kau tak disini.” Krystal mengibaskan tangannya di depan wajah.
“Aku
kesini untuk menghindari hal itu. Kau tak melihat jasku? Kau pikir jika aku
sengaja pergi ke tempat seperti ini aku akan mengenakan jas?” Jongin mengusap
jasnya.
“Aku
tak peduli. Kecuali jika salah satu beasiswa itu bisa jatuh ke tanganku dan itu
tak mungkin.” Krystal membuang muka kembali memandang hamparan air di depannya.
“Apa
yang membuatmu layak mendapatkan beasiswa itu? Kau tak terlihat pantas.” Jongin
menyentuh pelipisnya.
“Berhenti
mengejekku!!” Krystal memukul bahu Jongin. “Setidaknya jika kau datang kemarin,
aku masih bisa membuktikan jika aku pantas mendapatkan itu.” Krystal melempar
beberapa batu ke air.
“Jika
kau bisa membuktikannya kemarin seharusnya kau lebih bisa membuktikannya hari
ini, Krystal-sshi.”
“Rumahku
terbakar. Ijazah yang lima hari lalu kuterima terbakar bersama semua harta
bendaku dan…” Air mata jatuh di pipi lembut Krystal. “Dan orang tuaku.”
Tangisan tak lagi bisa dibendung.
Jongin
tak harus harus melakukan apa. Satu-satunya yang muncul di otak cerdasnya
adalah meraih Krystal ke dalam pelukannya. Berulang kali ia mengucapkan maaf
karena ia merasa membuka luka lama Krystal. Setidaknya ia menemukan jawaban
untuk pertanyaan yang sedari tadi bergumul di otaknya. Apa yang dilakukan yeoja
secantik Krystal dengan baju duka?
Hampir
dua jam Krystal membuang air matanya di jas mahal Jongin. Jika saja yeoja itu
bukan Krystal mungkin Jongin akan memarahinya karena mengotori jas semahal itu.
Tapi Krystal, meskipun baru ditemuinya beberapa jam yang lalu telah membuat
Jongin memunculkan perasaan ingin melindungi.
Setengah
jam kemudian, Jongin entah bagaimana membawa Krystal bertemu aboji-nya dan
menceritakan niat beserta alasannya ingin meminta salah satu beasiswa yang
diprogramkan beliau untuk Krystal. Entah apa yang dipikirkan Jongin membawa
Krystal yang masih dalam balutan baju dukanya.
“Kau
tau Jongin-ahh, saat kau menginginkan sesuatu kau harus mengorbankan sesuatu.
Apa yang akan kau berikan kepadaku sebagai gantinya?” Kim Woo Hyun duduk tenang
di sofa suite yang telah ditempatinya dua hari.
“Aboji..
kenapa aboji sekejam itu padaku?” Sebenarnya Jongin tak ingin merengek di depan
Krystal. Tetapi jika aboji-nya berkeras, biasanya hanya rengekan putra
tunggalnya yang akan membuatnya melunak.
“Berhentilah
merengek di depan gadis, Jongin-ahh! Aku tak pernah mengajarkan hal itu padamu.
Lagipula apa yang kau harapkan dariku setelah kau kabur dari pesta sambutan yang
telah dibuat untuk kita?” Woo Hyun berdiri angkuh di depan putranya.
“Itu
sambutan untuk aboji. Itu bahkan tidak terlalu penting. Kenapa aboji
membicarakannya di sini?” Jongin kembali memasang wajah malasnya.
“Mwo?
Tidak terlalu penting?” Beo Woo Hyun hampir di ambang emosinya.
“Anio..
anio..” Jongin sadar ia salah bicara. “Jika aboji memberikan beasiswa itu, aku
kan menggunakan otakku untuk lulus pada semester yang seharusnya.”
Sejenak
Woo Hyun berpikir. Itu adalah hal yang paling dikhawatirkan Woo Hyun terhadap
Jongin selain selera Jongin terhadap wanita. Woo Hyun melihat yeoja di belakang
putranya baik-baik. Jongin menyebut gadis itu Krystal dengan latar belakangnya
yang mengerikan dan menyedihkan. Krystal, gadis kampung seperti ini adalah
gadis pertama yang dibawa Jongin kepadanya. Bahkan seingat Woo Hyun mungkin
Krystal adalah gadis pertama yang bisa berdiri sedekat itu dengan Jongin tanpa
mendapat teriakan kasar dari Jongin. Woo Hyun menelusuri wajah gadis itu
baik-baik hingga kemudian Jongin menutupinya, berdiri di antara mereka.
Continued in Chapter 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar