Jumat, 06 Januari 2017

FF Indo : Because I Love You Chapter 1



Because I Love You
Author : Shin Yoon Ah
Lenght : Chapter
Genre : Romance, Friendship
Cast : Kim Jongin, Krystal, Choi Seung Hyun


“Krystal-ah, buka pintunya!” Terdengar teriakan berat seorang namja yang sangat dikenal Krystal. Sahabatnya selama bertahun-tahun, Kim Jong In.
“Jongin-ah, apa yang kau lakukan sepagi ini?” Krystal membuka pintu dan namja manis itu masuk ke rumahnya tanpa permisi, sebenarnya itu bukan rumah karena hanya terdiri dari kamar, dapur, dan kamar mandi.
“Hya!! Siapa yang menyuruhmu masuk?!” Teriak Krystal di belakang tubuh  Kai.
“Biarkan aku disini sampai nanti siang!” Ucap Jongin sambil merebahkan badan di satu-satunya ranjang di tempat itu.
“Kau melarikan diri lagi?” Krystal berkacak pinggang. “Oh Tuhan, kau hanya perlu masuk ke ruang ujian dan mengerjakan soal.”
“Diamlah!” Jongin memejamkan mata.
“Kalau kau malas menggunakan otakmu, setidaknya kau bisa berpura-pura mengerjakan soalnya. Yang terpenting adalah kau masuk ke ruang ujian.” Krystal duduk di samping Jongin.
“Dan Aboji akan mengira aku bodoh.”
“Kau bisa bilang bahwa setidaknya kau sudah mencoba yang terbaik.” Krystal mengibaskan tangannya.
“Tak semudah itu.” Jongin yang sempat membuka mata menggeleng dan menutup matanya lagi.
“Wae? Kau kan pintar mengelak. Selama ini kau mengelak dari ujian yang sudah kau lewatkan lebih dari satu bulan. Jika kau tidak lulus pun Abojimu akan membantumu lulus. Kau harus meneruskan perusahaan Abojimu!” Krystal bicara panjang lebar.
“Sudah selesai?” Jongin duduk di depan Krystal. “Jika nilaiku buruk media akan segera tau bahwa putra tunggal dari pengusaha nomor satu di Korea memiliki otak keledai. Aboji akan sangat malu dan kemudian mengirimku ke luar negeri. Mungkin Inggris atau USA untuk sekolah. Lalu kau akan kehilangan semua tunjangan dariku seperti yang kulakukan selama ini. Kau mau kehilangan kesempatan melanjutkan kuliah?”
“Sireo!! Tapi bagaimana dengan masa depanmu? Seharusnya kau sudah mulai magang sekarang.”
“Aku akan tetap dipenuhi uang meskipun aku tak bekerja.” Jongin kembali merebahkan tubuhnya.
“Apa bagusnya jika itu bukan uangmu sendiri. Kau benar-benar bukan tipe idealku. Lelaki sejati mencari uang bukan meminta uang. Lagipula…”
“Aku sudah tertidur. Aku tak mendengarmu.” Suara Jongin terdengar diantara suara Krystal yang sama sekali tak mengacuhkan Jongin dan tetap berbicara.
Krystal hampir terlambat menghadiri mata kuliahnya karena ia terlalu sibuk menceramahi Jongin yang sudah kebal dengan omelan. Setelah berlari setengah matai karena Jongin menolak mengantar Krystal dengan mobil barunya, akhirnya Krystal tiba di kelasnya. Beberapa saat kemudian nenek sihir bersanggul pengampu mata kuliahnya memasuki ruangan. Napas lega berhembus dari rongga pernapasan Krystal. Hanya saja sejak memasuki ruang kelas tadi Ksristal merasa agak aneh. Ia merasa diperhatikan oleh seseorang. Krystal berusaha memfokuskan diri pada mata kuliahnya meskipun perasaan aneh itu selalu menjalarinya.
Krystal berlari menuju kampus karena Jongin menolak mengantarkannya. Dan sekarang saat ia berharap sahabat dekatnya itu mau menjemputnya, harapannya runtuh untuk kedua kalinya. Akhirnya dengan kaki yang hampir patah, Krystal berjalan perlahan menuju rumahnya. Tak lama sebuah mobil berhenti di samping Krystal dan pengemudinya keluar menyapa Krystal.
“Krystal-sshi? Kau berjalan lagi?” Lelaki tampan itu melepas kacamata hitamnya.
“Ne. Nuguseo?” Krystal merapatkan cardigannya.
“Oh..Annyeong. Seung Hyun imnida. Choi Seung Hyun. Aku di kelas yang sama denganmu tadi. Hanya saja aku semester akhir.” Namja itu mengulurkan tangan berototnya.
“Ne, Krystal imnida.” Krystal membungkuk tetapi tidak menyambut tangan Seung Hyun. Dengan canggung Seung Hyun menarik tangannya kembali.
“Eum, kau berjalan kaki? Apa kau tak lelah?” Seung Hyun kembali ke tujuan awalnya untuk mengantar Krystal.
“Waeyo?” Krystal masih tetap menjaga jarak.
“Ku lihat tadi kau memasuki ruangan berlari. Apa kau berlari dari rumah?”
“Bagaimana kau bisa tahu?” Krystal mulai penasaran dengan namja misterius di depannya ini.
“Aku di kelas yang sama denganmu.” Seung Hyun melebarkan senyumnya yang manis dan sempat membuat Krystal meleleh.
“Kau ikut kelas Profesor Baek? Nenek sihir itu? Wahh!! Bagaimana kau bisa terjebak di sana?” Krystal menggeleng kasihan. Bahkan ia lupa bahwa dirinya sendiri juga terjebak di kelas itu.
“Yaa.. aku mahasiswa semester akhir yang terjebak di kelas gomo-ku sendiri.” Seung Hyun mengangkat bahu.
“Omo!! Mianhae, Sunbae. Jangan adukan aku.” Krystal tersenyum manis.
Seung Hyun diam mematung melihat Krystal tersenyum. Krystal baru sadar ia mengumbar senyum bodohnya (kata Jongin) kepada orang yang baru dikenalnya. Suasana hangat yang sempat tercipta hilang digantikan rasa canggung Krystal.
“Aku harus pulang. Annyeong-hi gaseyo.” Krystal membungkuk dan segera berbalik.
“Ahh.. Changkamal. Aku ingin mengantarmu.” Akhirnya Seung Hyun berhasil mengungkapkan keinginannya.
“Anio, Sunbae. Aku bisa pulang sendiri.”
“Dengan kaki seperti itu?” Seung Hyun menunjuk bagian belakang kaki Krystal. Tepat pada luka gores di balik tali heels Krystal.
“Kau berlari dengan itu? Sudah cukup kau menunjukkan ketangguhanmu pagi ini dengan berlari menggunakan heels. Aku akan mengantarmu.” Seung Hyun lembut namun tegas. Ia berusaha membopong Krystal namun yeoja itu menolaknya.
Di mobil, suasanan menghangat. Krystal beberapa kali tertawa karena ulah Seung Hyun. Seung Hyun adalah namja pertama yang bisa membuat Krystal membuang sifat dinginnya pada pertemuan pertama selain Jongin. Pertemuan Krystal dengan Jongin sangatlah tidak terduga.
*Flashback*
Krystal duduk di bagian pantai yang sangat sepi. Tempat itu adalah tempat rahasia Krystal yang biasa ia gunakan untuk menunggu appa-nya pulang melaut. Krystal juga sering bersembunyi di tempat itu usai dimarahi eomma-nya karena berkelahi dengan teman sekolahnya. Ia menyukai suasana sendiri di sana karena memang hanya Krystal yang mengetahui tempat itu.
Kali ini Krystal juga sendirian. Tapi bukan untuk itu Krystal pergi ke tampat rahasianya. Tanpa pergi ke sini pun sebenarnya ia sudah sendirian. Mulai hari ini ia sadar ia akan selalu sendirian. Krystal, gadis muda 17 tahun baru saja kehilangan kedua orang tua dan harta bendanya karena kebakaran. Krystal hanya bisa menangis sebanyak mungkin di sana hingga kemudian seseorang berteriak ketakutan di belakangnya. Krystal menoleh dan tenggorokannya ikut mengeluarkan teriakan. Mereka berdua berteriak beberapa saat tanpa bergerak sedikitpun, bahkan berkedip pun tidak.
“Hya! Gaemanhae! Aku bukan hantu atau monster laut seperti yang mungkin dan pasti sedang kau pikirkan.” Kata Krystal saat menyadari namja di depannya adalah manusia.
“Jinjja? Lalu apa yang kau lakukan di sini?” Namja itu duduk di sebelah Krystal dengan sedikit ragu.
“Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di tempat persembunyianku?” Krystal benar-benar merasa malas meladeni namja di sebelahnya.
“Wahh.. jadi ini markasmu? Benar-benar childish.” Namja itu tersenyum mengejek.
“I still 17th!! I’m a child!!” Krystal menekankan kata ‘child’ tepat di depan wajah namja yang kemudian menjelajahkan matanya ke sekujur tubuh Krystal.
“Hya!! Ahjussi!! Apa yang berusaha kau lihat?!” Krystal menyilangkan tangannya di depan dada menghindari tatapan yang menghasilkan senyum aneh di wajah namja di depannya.
“Ahh…” Namja itu mengangguk beberapa kali, “Aku mulai percaya bahwa kau…’still a child’. Terlihat sangat jelas.” Namja itu menggerakkan kedua tangan dari bahu hingga turun ke perutnya.
“Hya!! Neo! Aku memilikinya!! Hanya belum tumbuh sempurna!!” Krystal bertambah muak dengan namja itu.
“Omo..Jinjja?” Namja itu tersenyum aneh.
“Eoh.” Jawab Krystal sambil mengalihkan tubuhnya membelakangi namja di sebelahnya.
“Berarti kau cukup tua untuk tidak memanggilku ahjussi. Kau bisa memanggilku Jongin Oppa. Kim Jong In Oppa.” Jongin mengulurkan tangannya.
“Sireo.. aku masih terlalu muda untuk memanggil namja setua dirimu dengan ‘oppa’.” Krystal menjulurkan lidahnya.
“Agasshi, neo ireum?” Jongin terlalu tertarik dengan yeoja di depannya. Ia akan menggunakan segala cara untuk setidaknya mengetahui nama yeoja itu. Meskipun ia harus menggunakan salah satu pengetahuan yang ia dapat dari pelajaran sikap di sekolahnya.
“Krystal imnida.” Krystal tersenyum. Namja di depannya ternyata jauh lebih terhormat dari yang ia pikirkan.
“Ternyata aku harus benar-benar menunjukkan identitasku sebagai orang terhormat untuk mendapatkan namamu, Krystal-sshi.”
“Terhormat? Kau? Terhormat seperti apa kau?” Krystal tanpa sadar tersenyum tulus yang menyebabkan Jongin semakin bersemangat.
“Wahh.. sepertinya kau tak mengenal Kim Woo Hyun. Jika kau mengetahui nama itu, aku putra tunggalnya.” Jongin tersenyum bangga.
“Kau penipu. Aku tau Kim Woo Hyun sedang di kota ini untuk membangun sebuah proyek besar dan memberikan beasiswa untuk beberapa siswa. Jika kau putranya seharusnya kau tak disini.” Krystal mengibaskan tangannya di depan wajah.
“Aku kesini untuk menghindari hal itu. Kau tak melihat jasku? Kau pikir jika aku sengaja pergi ke tempat seperti ini aku akan mengenakan jas?” Jongin mengusap jasnya.
“Aku tak peduli. Kecuali jika salah satu beasiswa itu bisa jatuh ke tanganku dan itu tak mungkin.” Krystal membuang muka kembali memandang hamparan air di depannya.
“Apa yang membuatmu layak mendapatkan beasiswa itu? Kau tak terlihat pantas.” Jongin menyentuh pelipisnya.
“Berhenti mengejekku!!” Krystal memukul bahu Jongin. “Setidaknya jika kau datang kemarin, aku masih bisa membuktikan jika aku pantas mendapatkan itu.” Krystal melempar beberapa batu ke air.
“Jika kau bisa membuktikannya kemarin seharusnya kau lebih bisa membuktikannya hari ini, Krystal-sshi.”
“Rumahku terbakar. Ijazah yang lima hari lalu kuterima terbakar bersama semua harta bendaku dan…” Air mata jatuh di pipi lembut Krystal. “Dan orang tuaku.” Tangisan tak lagi bisa dibendung.
Jongin tak harus harus melakukan apa. Satu-satunya yang muncul di otak cerdasnya adalah meraih Krystal ke dalam pelukannya. Berulang kali ia mengucapkan maaf karena ia merasa membuka luka lama Krystal. Setidaknya ia menemukan jawaban untuk pertanyaan yang sedari tadi bergumul di otaknya. Apa yang dilakukan yeoja secantik Krystal dengan baju duka?
Hampir dua jam Krystal membuang air matanya di jas mahal Jongin. Jika saja yeoja itu bukan Krystal mungkin Jongin akan memarahinya karena mengotori jas semahal itu. Tapi Krystal, meskipun baru ditemuinya beberapa jam yang lalu telah membuat Jongin memunculkan perasaan ingin melindungi.
Setengah jam kemudian, Jongin entah bagaimana membawa Krystal bertemu aboji-nya dan menceritakan niat beserta alasannya ingin meminta salah satu beasiswa yang diprogramkan beliau untuk Krystal. Entah apa yang dipikirkan Jongin membawa Krystal yang masih dalam balutan baju dukanya.
“Kau tau Jongin-ahh, saat kau menginginkan sesuatu kau harus mengorbankan sesuatu. Apa yang akan kau berikan kepadaku sebagai gantinya?” Kim Woo Hyun duduk tenang di sofa suite yang telah ditempatinya dua hari.
“Aboji.. kenapa aboji sekejam itu padaku?” Sebenarnya Jongin tak ingin merengek di depan Krystal. Tetapi jika aboji-nya berkeras, biasanya hanya rengekan putra tunggalnya yang akan membuatnya melunak.
“Berhentilah merengek di depan gadis, Jongin-ahh! Aku tak pernah mengajarkan hal itu padamu. Lagipula apa yang kau harapkan dariku setelah kau kabur dari pesta sambutan yang telah dibuat untuk kita?” Woo Hyun berdiri angkuh di depan putranya.
“Itu sambutan untuk aboji. Itu bahkan tidak terlalu penting. Kenapa aboji membicarakannya di sini?” Jongin kembali memasang wajah malasnya.
“Mwo? Tidak terlalu penting?” Beo Woo Hyun hampir di ambang emosinya.
“Anio.. anio..” Jongin sadar ia salah bicara. “Jika aboji memberikan beasiswa itu, aku kan menggunakan otakku untuk lulus pada semester yang seharusnya.”
Sejenak Woo Hyun berpikir. Itu adalah hal yang paling dikhawatirkan Woo Hyun terhadap Jongin selain selera Jongin terhadap wanita. Woo Hyun melihat yeoja di belakang putranya baik-baik. Jongin menyebut gadis itu Krystal dengan latar belakangnya yang mengerikan dan menyedihkan. Krystal, gadis kampung seperti ini adalah gadis pertama yang dibawa Jongin kepadanya. Bahkan seingat Woo Hyun mungkin Krystal adalah gadis pertama yang bisa berdiri sedekat itu dengan Jongin tanpa mendapat teriakan kasar dari Jongin. Woo Hyun menelusuri wajah gadis itu baik-baik hingga kemudian Jongin menutupinya, berdiri di antara mereka.

Continued in Chapter 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar